Game pertama dalam duel final tersebut berlangsung seru karena kedua pebulutangkis mempimpin perolehan angka secara bergantian. Tago unggul lebih dulu 9-5 di awal game, namun Jorgensen yang nampak lebih siap tak mau menyerah begitu saja, justru dia terus memainkan kombinasi pukulan tinggi dan pendek yang bisa menguras tenaga Tago, taktiknya berhasil, Tago mulai kedodoran di pertengahan game pertama.
Memasuki paruh akhir game, Ketika kedudukan 18-18, Jorgensen yang lebih prima membuat Tago tak mampu lagi mendapatkan poin, smash dan net play Jorgensen begitu sempurna untuk dilawannya. Game pertama jadi milik Jorgensen saat papan skor menunjukkan angka 21-18.
Game kedua, Jorgensen yang selalu tampil nyentrik dan flamboyan makin mendominasi jalannya pertandingan, dia berhasil mendikte Tago untuk mengikuti frame permainan seperti yang diinginkannya, alhasil, unggulan ketiga itu makin leluasa mengumpulkan poin demi poin. Stamina tago yang terus merosot turut menyumbang keberhasilan Jorgensen. Hingga akhirnya sebuah pengembalian yang gagal menyebrangi net menjadi angka kemenangan.
Jan O Jorgensen, pebulutangkis berusia 26 tahun, mengukir namanya di deretan tunggal putra top dunia yang pernah menjuarai turnamen ini.