Dengan kemenangan ini, tak hanya meloloskan owi/butet ke babak 16 besar, juga menambah rekor pertemuan antar kedua pasangan ini menjadi 4-1. Owi/Butet berhasil mengikuti jejak Praveen Jordan/Debby Susanto yang sudah lebih dahulu memastikan tiket 16 besar setelah pada pertandingan sebelumnya berhasil mengalahkan Robert Blair/Imogen Bankier (SCO) 21-19, 19-21, 23-21.
Laga antara Tontowi/Liliyana Natsir melawan Fuchs/Michels merupakan laga partai terakhir yang dimainkan di Istora Senayan, meskipun laga terakhir dan sudah larut malam tetap mampu menyita perhatian para penonton Istora Senayan. Yel - yel semangat tak hent - henti disuarakan demi mendingan ganda campuran Indonesia ini. Riuh suara penonton semakin terdengar ketika pertandingan game ketiga sempat diwarnai insiden protes dari Fuchs yang menganggap bola pengembalian Tontowi di sisi sebelah kanan lapangan keluar.
“Menurut saya soal protes sama wasit dan hakim garis adalah hal yang biasa, kami juga dirugikan dua kali pada pertandingan tadi. Dua pukulan yang seharusnya masuk, dianggap keluar. Dia juga jelas-jelas mengangkat kok, waktu servis juga tangannya naik, tapi tidak fault. Sedangkan kita nyolong servis sedikit, langsung fault Mereka terlihat masih kesal walau sudah diluar lapangan, seharusnya sportif dong, kalau sudah selesai pertandingannya ya sudah,” ujar Liliyana.
“Tentunya ini sangat berpengaruh pada kami, walaupun cuma satu angka. Setelah peristiwa itu, ritme permainan kami jadi berubah,” ujar Fuchs yang tak dapat menyembunyikan kekesalannya.
Sementara itu mengomentari pertandingan yang mesti dilewati dengan susah payah, Tontowi/Liliyana mengaku akan mengambil hikmahnya. Seperti dituturkan Liliyana, dengan bermain rubber game di babak pertama, mereka bisa lebih menyesuaikan diri dengan suasana pertandingan dan bisa mengatasi keadaan di poin-poin kritis.
“Ini pertandingan pertama, jadi saya agak kaget juga dengan euforia penonton. Maksudnya kami ingin tampil sebaik mungkin di kandang sendiri, tapi jadinya malah tidak enak. Semoga selanjutnya kami bisa bermain lebih baik, bukannya dalam tekanan,” jelas Tontowi.