Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sempat membuat suporter yang memadati hampir semua sudut Istora Senayan Jakarta, dan pecinta Badminton seluruh Indonesia yang menyaksikan pertandingan melalui layar kaca merasa ketar-ketir setelah hanya mampu mengemas 17 poin melawan 21 di game pertama.
Meski perburuan skor game pertama cukup ketat, namun ganda berpredikat juara dunia itu tampak kesulitan untuk keluar dari tekanan pasangan korea yang terus membombardir mereka dengan smash keras dan tajam hampir di paruh pertama game pembuka.
Memasuki game kedua, Ahsan/Hendra yang terus mendapatkan yel-yel dukungan dari suporter fanatis Istora mencuri kendali terhadap ritme permainan dari tangan pasangan Korea. Poin-poin mudah akibat kesalahan yang dibuat lawan di seberang net, secara perlahan terus mereka kumpulkan. Angin kemenangan kini berada dikubu Ahsan/Hendra. Kemenangan relatif mudah dengan skor 21-13 akhirnya memaksa pertandingan harus dilanjutkan ke game knock out.
Taktik dan Strategi yang sama dengan game kedua, diduplikasi Ahsan/Hendra untuk mencoba memuluskan asa pribadi dan tentu saja harapan besar publik Istora dan Indonesia pada game ketiga. Serangan demi serangan mematikan terus dilancarkan keduanya sepanjang perebutan poin. Akibatnya, pasangan Korea tersebut hanya diberi poin 10 saja, saat Ahsan/Hendra menjejak poin kemenangan, 21.
Publik Indonesia pun bersorak menyambut kemenangan Ahsan/Hendra. Asa untuk mengecap trofi dalam turnamen bergengsi di negeri sendiri kembali hidup lewat perjuangan pantang menyerah ganda putra unggulan pertama turnamen berhadiah total USD 750 Ribu tersebut.