Eng Hian justru banyak mengevaluasi pola latihan dan komunikasi di sektor ganda putri sejauh ini. Secara evaluasi teknis, Eng Hian menyebut tidak ada masalah pada Greysia maupun Nitya. Tapi, masalah dirasa lebih pada faktor non teknis, seperti ketegangan dan beban yang tidak terlepaskan.
"Kembali lagi saya jadi bukannya mengevaluasi mereka berdua, tapi saya lebih mengevaluasi kepada diri saya sendiri. Apakah ada komunikasi saya yang salah, apakah ada penyampaian yang salah, atau selama ini ada penjabaran program turnamen dan target yang membuat mereka jadi beban. Karena buat Greysia/Nitya dua turnamen ini merupakan turnamen awal, yang kemarin evaluasi Piala Uber tidak saya hitung," jelas Eng Hian.
Selain kekalahan dari pasangan Jepang, Greysia dan Nitya juga kalah dari pemain no unggulan asal Thailand, Puttita Supajirakul/Sapsiree Taerattanachai, 21-16, 22-24 dan 19-21, di babak semifinal.
Dijelaskan Eng Hian, sejak akhir tahun 2015, dirinya sudah jabarkan bahwa target Gresysia/Nitya ada di All England, Indonesia Open Super Series Premier dan Olimpiade. Sedangkan turnamen diantara itu hanya sebagai penjembatan saja.
"Sebagai pemain rangking dua dunia, mereka harus mempertahankan dan memperlihatkan kualitas permainan mereka. Ini yang saya lihat lagi, saya mempertanyakan kepada diri saya, apa ada komunikasi yang salah dalam penjabaran tersebut. Saya lebih mengevaluasi diri saya ketimbang penampilan pemain," bebernya.
Eng Hian juga sadar, seiring perkembangan zaman, harus ada perubahan pola komunikasi dalam latihan. Salah satu caranya, bagaimana pelatih yang akrab disapa Didi itu bisa menyenangkan anak asuhnya terlebih dahulu baru mereka mau bekerja keras.
Selain Greysia/Nitya, dua wakil ganda putri yang diturunkan juga mengalami kekalahan serupa, yaitu Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi yang kalah dari Christinna Pedersen/Kamilla Rytther Juhl, Denmark serta Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari yang ditaklukkan ganda Korea, Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan.
"Saya mengerti ini juga beban buat mereka. Kalau dipaksakan yang ada nanti sama-sama emosi. Karena All England juga menjadi target mereka pribadi. Nanti di Jakarta baru kita gali lebih dalam lagi apa yang menjadi kendala, untuk menyusun program kedepannya menuju Olimpiade," tukasnya.