Selain Hendra/Ahsan, tiga pasang ganda putra lain yang diturunkan yakni Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, Berry Angriawan/Rian Agung Saputro dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Namun, semuanya kalah di babak-babak awal.
Menurut Herry, penampilan ganda putra Indonesia masih berada dalam segi teknik yang baik. Hanya saja kekuatan tangan mereka, dikatakan Herry, masih menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk kedepannya.
"Kalau dari segi teknik permainan mereka masih benar mainnya, polanya, semua benar. Cuma kekurangannya dari segi otot tangannya. Karena memang kelihatan kita kalah kekuatan tangannya dibanding musuh. Bukan fisik, bukan nafas, tapi tenaga tangannya yang agak turun," beber Herry.
Tak mau disebut mencari alasan, Herry menyebut bolanya yang digunakan di All England kali ini agak berat. Sehingga, dibutuhkan tenaga yang ekstra untuk mematikan lawan.
Pada ganda putra level dunia, untuk mendapatkan poin memang harus membunuh lawan dengan cara smash keras. Untuk itu, dibutuhkan tenaga yang tidak sedikit. "Di situlah kita yang kurang. Sehingga susah tembus. Khususnya Hendra/Ahsan," jelas Herry.
Hendra/Ahsan dipaksa kalah dari pasangan Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, 15-21, 21-15 dan 17-21. Padahal di atas kertas, pasangan nomor dua dunia tersebut masih lebih diunggulkan. Sejarah pertemuan dua pasangan ini baru terjadi sekali di Australian Open 2013 lalu, dengan kemenangan Hendra/Ahsan.
"Kalau dari segi persiapan, saya lihat Koo/Tan lebih siap. Mereka punya waktu lebih banyak untuk berlatih sebelum All England. Kalau kita lihat pasangan ganda putra yang masuk ke perempat final, kebanyakan dari mereka tidak turun di kualifikasi Piala Thomas di India kemarin. Artinya secara kesegaran mereka lebih unggul dari pemain kita. Itu menjadi salah satu faktor ya, walaupun tidak menjadi satu-satunya tolak ukur," paparnya Herry.
Capaian Hendra/Ahsan di All England 2016 ini pun diakui Herry sebagai sebuah kegagalan dari target awal. Meski begitu, Herry tetap memandang positif dan menjadikan hal ini sebagai catatan evaluasi demi penampilan yang lebih baik jelang Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.