Di usianya yang tak lagi muda, 32 tahun, Lin Dan masih menunjukkan performa yang luar biasa. Konsistensi permainan yang ditunjang dengan stamina fisik yang mumpuni membuat pebulutangkis berjuluk Super Dan itu masih harus sangat diperhitungkan kiprahnya.
Seperti diketahui, sekurang-kurangnya dalam tiga tahun terakhir, Lin Dan jarang tampil di berbagai ajang turnamen. Dia hanya memfokuskan penampilannya pada turnamen yang menjadi bidikannya setiap tahunnya. Wajar, jika gelar yang diraihnya tiga tahun terakhir terbilang minim.
Selain All England, Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil juga masuk dalam bidikan turnamen yang harus dia bawa pulang gelarnya tahun ini. Sepanjang kiprahnya, dia sudah mengantongi dua gelar Olimpiade, yakni di Beijing 2008 dan London 2012.
"Saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa di usia saya yang ke-33, saya masih mampu melakukannya (menjadi juara Olimpiade)," kata Lin Dan yang juga menjadi juara All England tahun 2004, 2006, 2007, 2009 dan 2012 itu seperti dikutip AFP.
Hasil di All England 2016 praktis menjadikan Lin Dan sebagai legenda sejarah. Dia menjadi pebulutangkis tunggal putra terbanyak kedua yang meraih gelar di All England, terbanyak pertama diraih pebulutangkis kebanggaan Indonesia Rudy Hartono yang telah mengoleksi delapan gelar.
Sedangkan di partai kedua yang menggelar pertandingan ganda putri, pasangan Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahasi meraih gelar perdananya di All England. Lebih diunggulkan, keduanya membungkan wakil Tiongkok unggulan keenam Tang Yuanting/Yu Yang 21-10, 21-12 dalam wktu 47 menit saja.