Beda halnya di tunggal putra yang dalam setahun terakhir peningkatan dari para juniornya sudah mulai angkat bicara. Sebut saja, Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonathan Christie yang sudah mulai diberikan kepercayaan untuk mengikuti turnamen level tinggi, seperti di All England.
"Dari sisi ranking, tunggal putra Indonesia masih bisa berbicara di posisi 30 besar dunia. Tapi kalau putri masih cukup jauh sepertinya. Dibandingkan potensi putra, tunggal putri Indonesia jauh di bawah," sebut Alan ketika dihubungi.
Alan mencotohkan Lindaweni yang disebutnya tampil sangat inkonsisten di dua turnamen terakhir. Padahal, menurut Alan, saat Kejuaraan Dunia di Jakarta tahun lalu Linda punya prestasi yang cukup bagus, di mana dia jadi satu-satunya wakil tuan rumah yang meraih peringkat keempat atau medali perunggu bersama.
"Harusnya Lindaweni bisa tampil lebih percaya diri dan konsisten dari sisi pengalaman yang sudah cukup banyak. Kesannya jadi seperti tim pelatih tidak tahu apa yang harus diperbaiki dari pemainnya, karena perubahannya tidak ada yang kelihatan. Ini bukan semata-mata masalah postur tubuh yang cenderung pendek atau tehnik, tapi lebih mencolok ke arah fisik dan stamina yang kurang," pungkasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Indonesia kehilangan Linda Wenifanetri, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi, Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dan Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja serta Maria Febe Kusumastuti dan Tommy Sugiarto di babak kedua All England 2016. Sedangkan Tontowi/Liliyana berhasil melaju usai menaklukkan kompatriot Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja 21-1721-18, begitu juga Praveen/Debby yang meraih tiket babak perempat final usai mengalahkan wakil Jepang Kenta Kazuno/Ayane Kurihara 13-2121-1421-18.