"Dari segi fisik terus terang kami capek, kondisinya tidak bisa balik lagi setelah menjalani pertandingan perempat final dan semifinal kemarin," kata Hendra, melalui keterangan pers Humas PP PBSI.
Hendra juga menyatakan, Fajar/Rian juga tampil optimal dan sulit ditaklukkan. Kombinasi antara tenaga dan teknik permainan yang baik, memaksa Hendra/Ahsan harus mengakui keunggulan pasangan peringkat satu dunia itu. "Tapi hari ini Fajar/Rian bermain bagus, tidak mudah mati dan sangat safe. Kami tidak bisa maksimal. Selamat untuk Fajar/Rian, semoga ini bisa menjadi bekal mereka ke depan," jelasnya.
Antara melaporkan, perjuangan "The Daddies" pada turnamen bulu tangkis berkategori BWF World Tour Super 1000 itu sayangnya juga harus berakhir dengan kemalangan. Pasalnya, Ahsan justru mengalami cedera yang cukup serius jelang akhir pertandingan.
Saat match point 14-20, Ahsan cedera akibat melakukan pengembalian yang memaksa tubuhnya memutar ke samping sebagai refleks menghindari kok. Akibat gerakan tersebut, lutut kaki kiri Ahsan mengalami cedera yang memaksanya keluar dari lapangan dan meminta penanganan tim medis. "Saya belum tahu seberapa parah cedera Ahsan, tadi coba ditekuk-tekuk lutut kirinya memang agak sakit. Tapi kami memutuskan untuk lanjut dulu karena sudah poin 20 juga. Kalau retired, menyerah saat tinggal satu poin lagi rasanya, kan, tidak enak," ungkap Hendra.
Meski lagi-lagi menjadi finalis di All England seperti edisi tahun lalu kala bertemu Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, "The Daddies" menilai pencapaian tersebut sudah sangat optimal mengingat usia mereka yang tak muda lagi. "Kami tidak menyangka bisa kembali ke final. Kami bersyukur walau kalah di final, tapi kami masih bisa memberikan perlawanan kepada pemain-pemain muda," pungkasnyya.