“Mereka punya mental juara, walaupun kondisinya nggak prima dan ketinggalan di game pertama, memang mental juaranya kelihatan. Pemain Malaysia goyang banget, terutama di game ketiga. Di game kedua, lawan masih memberi perlawanan. Lalu saat mau tersusul, Hendra/Ahsan juga sempat goyang, saya bilang, terus dulu, masih bisa. Saat Hendra/Ahsan terus unggul, lawannya yang kembali goyang,” kata Kepala Pelatih Ganda Putra PP PBSI, Herry Iman Pierngadi, yang mendampingi Hendra/Ahsan pada pertandingan final, kemarin (10/3).
Sebelum partai final berlangsung, Herry sempat ragu karena kondisi cedera betis kanan yang dialami Hendra Setiawan belum pulih seratus persen. “Ya sebelum tanding, ada perasaan 50-50 karena kondisi Hendra. Saya tidak tahu apakah dia bisa main atau tidak, kemarin dia bilang, jalan saja pincang. Tadi di game pertama, walau kalah tapi nggak parah sekali, di game kedua Hendra sudah mau coba, kelihatan sekali dari mukanya Hendra, kepingin cobanya dia kelihatan,” jelasnya.
Sementara itu, Herry sendiri dikenal sebagai pelatih bertangan dingin. Berada di bawah dampingannya, ia telah berhasil mengantarkan empat wakil Indonesia menjadi juara di All England sejak 2016 lalu hingga sekarang. Di 2016, Herry yang sementara harus menggantikan posisi Kepala Pelatih Ganda Campuran, Richard Mainaky di final, mampu mendampingi Praveen Jordan/Debby Susanto hingga ke podium juara. Setelah itu di 2017 dan 2018, Herry juga sukses mendampingi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon meraih tahta tertinggi.
Kali ini, di kejuaraan All England 2019 BWF World Tour Super 1000, Herry kembali menemani Hendra/Ahsan meraih gelar juara pada turnamen tertua di dunia untuk kedua kalinya. Meski kini Hendra/Ahsan berstatus pemain professional, namun Herry tetap mendampingi mereka di pinggir lapangan, tapi dengan catatan, sedang tidak ada pemain pelatnas yang bertanding.
“Artinya Hendra/Ahsan belum habis. Yang harus ditiru dari Hendra/Ahsan adalah mereka tidak pernah menyerah. Sebelum poin 21, masih memungkinkan memenangkan pertandingan. Lihat saja, di game pertama kan jauh kalahnya, tapi mereka bisa bangkit, bisa menang, itu memang mental juara. Tapi secara teknik mereka memang lebih di atas dibanding pemain-pemain di tim ganda putra,” pungkasnya.