“Ya, saya merasa mereka menganggap saya sebagai bayi. Bukan karena mereka memperlakukan saya seperti bayi, tapi mungkin karena perbedaan generasi. Ada kesenjangan generasi, jadi saya merasa ada hambatan dalam komunikasi. Apakah saya harus mengatakan ini?” ungkap An Se Young lalu tertawa dalam wawancara bersama Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
An Se Young resmi tergabung di tim nasional Korea pada 2017 lalu setelah mengikuti seleksi selama dua pekan yang biasanya digelar setiap akhir tahun. Saat itu usianya masih 15 tahun. Setelah terpilih, dia bahkan langsung dipercaya untuk memperkuat tim putri Korea pada ajang Piala Uber 2018 lalu dan selalu menyumbang poin kemenangan untuk timnya.
“Di korea, kami memiliki proses seleksi untuk masuk tim nasional. Saya mengikuti seleksi berdasarkan rekomendasi, dan akhirnya lolos ke tim nasional karena saya memenangkan banyak pertandingan dalam uji coba,” tuturnya.
“Bermain dengan tim nasional adalah pengalaman yang luar biasa, karena saya adalah yang paling saat itu (16 tahun), dan saya mendapatkan banyak pengalaman bersaing dengan para pemain internasional yang terkenal itu,” sambungnya menambahkan.
An Se Young berhasil mendapatkan gelar perdananya di kejuaraan elite BWF pada 2019 lalu, tepatnya di ajang New Zealand Open 2019 BWF World Tour Super 300. Saat itu, dia keluar sebagai juara usai mengalahkan mantan tunggal putri nomor satu dunia asal Tiongkok, Li Xue Rui dengan skor 21-19 dan 21-15.
Bahkan di tahun yang sama, Young juga sukses mencicipi podium tertinggi di kejuaraan French Open 2019 BWF World Tour Super 750 setelah mengandaskan peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro, Carolina Marin (Spanyol), dengan skor 16-21, 21-18 dan 21-5. Lalu, sebulan kemudian, Young kembali merebut tahta juara di ajang Korea Masters 2019 BWF World Tour Super 300 dengan mengalahkan seniornya, Sung Ji Hyun dalam permainan straight game 21-13 dan 21-17.
Tahun ini, Young baru sekali menembus partai puncak di kejuaraan Thailand Masters 2020 BWF World Tour Super 300. Sayangnya, dia harus puas finis sebagai runner up setelah kalah 16-21 dan 20-22 dari tunggal putri nomor tiga dunia asal Jepang, Akane Yamaguchi.
“Saya tidak berharap untuk bermain begitu baik di tim nasional, tetapi saya mengatakan pada diri sendiri bahwa saya akan berada di posisi yang lebih baik jika saya bermain tanpa beban dan mungkin itu membantu,” kata tunggal putri nomor sembilan dunia itu.
“Saya bukan pembuat keputusan saat itu. Saya bermain selama sekitar satu tahun di tim junior sebelum akhirnya bergabung dengan tim nasional. Sejak saat itu, saya mengikuti keputusan yang dibuat tim nasional. Begitulah hal-hal telah berkembang sejak saat itu,” tandasnya.