"Hari ini kami belum enak mainnya. Pola yang diinginkan kadang dapat, kadang hilang lagi," tanggap Ana, dalam siaran pers Humas PP PBSI.
Selain belum merasa nyaman dengan pola permainan, keputusan wasit yang memimpin pertandingan ini dinilai merugikan Ana/Tiwi, khususnya di pengujung gim pembuka. Tiwi pun sempat melancarkan protes ke wasit karena dinilai keliru dalam mengambil keputusan. "Tadi Tiwi memang agak emosional saat keputusan hakim garis yang keliru di poin kritis gim pertama," kata Ana.
"Tapi saya ingatkan bahwa pertandingan belum selesai, belum game. Jadi ayo fokus cari poin lagi. Alhamdulillah tadi bisa menang di gim pertama," tambahnya.
Menanggapi aksi protesnya, Tiwi mengungkapkan, "Tadi saat kejadian itu memang sudah kesal sekali tapi saya bisa kembali fokus dan melupakan hal tersebut. Karena, kan, tanggung sudah poin kritis dan masih ada kesempatan untuk ambil gimnya. Saya juga ditenangkan oleh partner dan pelatih, itu cukup membantu."
Di sisi lain, menurut Tiwi, mereka berhasil meredam berbagai pola permainan yang diterapkan Chang/Yang, meski sempat terjebak pada gim kedua hingga akhirnya memaksa pertandingan ditentukan melalui gim ketiga. "Kami memang tidak mau ikut permainan lawan. Mereka, kan, mainnya bola-bola panjang, kan. Kami tidak mau meladeni dan itu berhasil di gim pertama dan kedua. Sementara di gim kedua, kami masuk ke pola mereka," jelasnya.
Di babak 16 besar, Kamis (26/4), Ana/Tiwi bakal bertemu lawan tangguh asal Korea Selatan, Kim So Yeong/Kong Hee Yong. "Besok kami harus lebih baik lagi, persiapan harus lebih matang lagi," kata Ana.