Atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat, tersebut menembus final setelah menang atas Jonathan alias Jojo dengan skor 21-15, 11-21, 21-18 dalam waktu 56 menit. Ia pun bersyukur dapat mengakhiri pertandingan dengan baik dan tanpa cedera. Sebelum laga semifinal tersebut, kedua pemain pernah bertemu pada fase penyisihan grup. "Dibanding pertemuan pertama dengan Jojo kemarin, rasanya lebih berbeda. Tekanan lebih tinggi, tegangnya lebih ada karena ini sudah semifinal," ujarnya, melalui keterangan pers Humas PP PBSI.
"Pasti ekspektasi kita mau ke final," Anthony, menegaskan.
Seperti dilaporkan Antara, Anthony sempat lengah pada gim ketiga sehingga memberi peluang bagi Jojo untuk mengejar perolehan poin. Ia mampu menciptakan selisih yang terpaut jauh 14-6.
Anthony pun kehilangan ritme pertahanan akibat kondisi angin yang kurang menguntungkan usai berganti posisi lapangan. Jojo yang melihat celah tersebut, langsung berlaku agresif kepada Anthony. "Di gim ketiga, ya, strateginya memang memperlebar jarak sejauh mungkin di 11 poin pertama. Setelah pindah saat interval memang sudah menyiapkan untuk lebih fokus karena Jonatan pasti akan lebih leluasa bermain di sisi yang kalah angin," jelas atlet asal klub SGS-PLN ini.
Secara umum Anthony berpendapat, sisi lapangan mana pun bukan menjadi persoalan utama. Kesiapan pemain, menurutnya, yang menentukan siapa yang layak menjadi pemenang. "Kondisi lapangan sama saja ya. Tidak akan menguntungkan saya atau siapa pun lawan saya. Sama-sama punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tinggal bagaimana kesiapan di lapangan," jelasnya.
"Ini final kedua saya di World Tour Finals setelah 2019. Pastinya, mau lebih! Belum puas. Masih ada tugas yang harus diselesaikan," demikian Anthony.