“Pemain Thailand ini banyak majunya. Perkembangannya banyak, terutama Nipitphon. Biasanya setiap pertandingan kalau yang diincar itu Nipitphon, pasti mati dan banyak errornya, tapi sekarang dia banyak kemajuan,” kata Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra.
Sebelumnya di dua pertemuan pertama mereka, Angga/Ricky selalu bisa menaklukkan Isara/Phuangphuapet. Dengan demikian, rekor pertemuan dua pasangan ini menjadi imbang 2-2.
“Menurut saya kekalahan Angga/Ricky di Denmark karena permainan mereka tidak keluar. Tidak ada keberanian dari mereka. Tapi kekalahan di Perancis ini, mereka dapat banyak hikmah dan pelajaran. Kekalahan Angga/Ricky di Perancis masih bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Herry.
“Kalah di game pertama, Angga/Ricky bisa merubah pola di game kedua dan berhasil. Di game ketiga juga sempat unggul walaupun akhirnya kalah. Sebenarnya bisa menang, cuma mungkin unsur hoki saja,” kata Herry lagi.
Berkaca dari dua turnamen tersebut, Herry pun mengevaluasi dan telah menyiapkan program tambahan untuk memperbaiki penampilan atletnya.
“Menurut saya ada dua aspek yang harus diperbaiki Angga/Ricky, yaitu dari segi fisik dan tekniknya. Terutama Angga, masalah kekuatan tangan dan kaki harus ditambah lagi. Untuk Ricky sudah bagus, tapi tidak ada salahnya untuk ditambah lagi agar lebih mantap di lapangan,” ungkap Herry.