"Kami menikmati pertandingan dan kami siapkan pola permainan dan pastinya pikiran. Konsistensi, step by step, poin demi poin, dan banyak melakukan inisiatif," papar Apri melalui keterangan pers Humas PP PBSI.
"Maksudnya, lebih inisiatif dalam membangun serangan, bola depan, bola belakang termasuk rotasinya. Kami tidak boleh diam karena kan tidak mudah dapat poin. Harus dengan reli-reli panjang," Apri, menjelaskan.
Sementara, Fadia menyatakan, pada gim pembuka mereka kurang siap dalam mengantisipasi pola yang dimainkan Jongkolphan/Rawinda. Di sisi lain, keduanya masih berupaya untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan, begitu pun kok yang digunakan di turnamen level BWF World Tour Super 1000 ini. "Kami juga merasa saat tes lapangan belum menemukan feel sentuhannya," tutur atlet asal Bogor, Jawa Barat ini.
"Di gim kedua dan ketiga kami berkomunikasi untuk mengubah permainan dan temponya," tambahnya.
Selain itu, Apri juga sempat mengutarakan alasan di balik aksi protesnya di pengujung gim penentu, setelah wasit memberikan poin kepada Jongkolphan/Rawinda, lantaran pengembalian kok dari lawan mengenai Apri. "Tadi memang tidak terkena saya shuttlecock-nya dan jujur saya agak emosi," ungkap Apri.
"Tapi saya coba hargai keputusan wasit dan Fadia juga coba menenangkan karena masih ada poin yang harus dimainkan. Saya akhirnya melupakan hal itu dan fokus lagi meraih kemenangan," pungkasnya.
Selanjutnya, Apri/Fadia akan berhadapan dengan wakil Korea Selatan, Jeong Na Eun/Kim Hye Jeong. Apri/Fadia unggul 2-1 dalam rekor pertemuan.