Bertanding di Olympic Sports Center Gymnasium, Changzhou, China, Sabtu (21/9), Dejan/Gloria kalah dari unggulan kedua Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping. Pasangan non-pelatnas itu harus mengakui keunggulan wakil tuan rumah dengan skor akhir 16-21, 15-21.
"Pencapaian kami di sini sudah cukup bagus walau kami ingin lebih. Tetap bersyukur karena secara keseluruhan permainan kami sepanjang minggu sudah membaik dibandingkan turnamen-turnamen sebelumnya," kata Dejan kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
Sementara, Gloria mengakui fokusnya justru menurun di gim kedua. "Saya tidak bisa mengontrol, terlalu terburu-buru padahal bisa seharusnya bermain dengan banyak mengangkat bola dulu," ujarnya atlet berpostur tubuh jangkung ini.
Di sektor ganda putra, Fikri/Daniel gagal menghentikan unggulan ketujuh Goh Sze Fei/Nur Izzuddin (Malaysia). Mereka kalah dua gim 14-21, 22-24 dalam laga berdurasi 43 menit ini. "Kami ingin menang tapi hasilnya kalah. Harus diakui Goh/Izzuddin hari ini bermain sangat solid, sangat konsisten dari awal sampai akhir. Kami sudah mencoba segalanya terutama di gim kedua. Di poin-poin kritis kami tidak cukup nekat, tidak cukup berani," papar Fikri.
Pada kesempatan tersebut Daniel berpendapat, jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya pada Hong Kong 2024, duo negeri jira itu tampak lebih tenang dan bisa mengontrol permainan. "Kami mencoba membalikkan keadaan di gim kedua, tapi belum rezekinya," tuturnya.
"Kami akan berusaha lagi ke depannya," Daniel, menambahkan.
Jojo, sapaannya, harapan terakhir Indonesia pada China Open 2024, juga gagal merebut tiket final. Tunggal putra berperingkat ke-8 dunia itu kalah 17-21, 18-21 dari pemain tuan rumah Weng Hong Yang. "Pertama, tetap mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dengan hasil hari ini. Belum maksimal, tapi ini yang sudah dikasih," ucap bapak satu anak ini.
Juara All England 2024 ini menyatakan, kondisi lapangan pada laga semifinal ini berbeda jauh dengan laga-laga sebelumnya. Adaptasi cepat serta mengubah cara bermain telah dilakukan oleh Jojo dalam meladeni perlawanan pemain peringkat ke-25 itu. "Tidak tahu mengapa kondisi lapangan 180 derajat berubah dari sebelumnya. Yang biasa menang-kalah anginnya sangat terasa, hari ini tidak ada angin sama sekali. Itu membuat sedikit perubahan dari cara bermain yang disiapkan," ungkapnya.
"Adaptasinya mencari lagi dan beberapa kali harusnya poin malah melakukan kesalahan. Kesalahan kecil itu di pertandingan seperti ini bisa mengubah keadaan, mungkin kalau tidak melakukan itu cerita bisa berbeda," Jojo, menjelaskan.
"Di sisi lain, lawan dengan kondisi seperti itu, yang harusnya dia mati malah dapat poin. Pastinya menambah level percaya dirinya. Hari ini saya akui penyelesaiannya kurang tenang dan mengolah bolanya agak ragu-ragu."
"Kurang plong, sangat disayangkan tapi ini jadi pelajaran yang sangat berharga," pungkasnya.