Menang di game pertama, Gregoria justru harus kehilangan game kedua. Memasuki game penentu, tunggal putri binaan PB Mutiara Cardinal Bandung ini sebetulnya punya peluang yang cukup besar untuk memetik kemenangan dan mengamankan satu tempat ke babak dua saat unggul dalam perolehan angka. Namun sayangnya, keunggulan tersebut tidak bertahan lama setelah Beiwen secara perlahan mampu mengejar ketertinggalan dan menyusul perolehan angka hingga akhirnya menang.
Pada pertandingan yang berlangsung selama 41 menit itu, Beiwen terlihat bisa tampil lebih tenang dan mampu mengendalikan pergerakan Gregoria, khususnya pada game ketiga. “Dari game kedua memang saya sendiri kurang stabil untuk jaga poin dan jaga pola yang menguntungkan buat saya. Jadi seperti unggul terus, lawan menyamakan skor dan terkejar terus. Waktu reli pun saya merasa masih kurang berani menyerang,” jelas Gregoria Mariska Tunjung.
Harus tersingkir di babak awal China Open 2019 BWF World Tour Super 1000 lantas membuat tunggal putri peringkat 14 dunia ini berbenah diri. Gregoria mengatakan bila dirinya masih belum bisa memegang kendali permainan di lapangan. Selain itu, soal kecepatan pergerakan pun masih menjadi faktor yang harus ditingkatkan pebulutangkis kelahiran Wonogiri ini.
“Evaluasinya banyak, saya harus lebih bisa kontrol keadaan di lapangan, dari tenangnya, fokusnya, dan kecepetannya harus seimbang. Tapi yang paling penting tenang dan fokusnya, karena masih sering hilang dan kadang suka tegang sendiri,” ungkapnya.
Dengan hasil ini, maka sektor tunggal putra Indonesia tinggal menyisakan Fitriani di ajang China Open 2019 BWF World Tour Super 1000. Fitriani baru akan melakoni laga perdananya besok (18/9) melawan wakil Korea, Kim Ga Eun.