Meski dapat mengunci kemenangan straight games, Apri mengakui jika permainan mereka sempat mengendur, terutama di pengujung gim kedua. Fruergaard/Thygesen mampu mengejar perolehan poin dan berhasil menciptakan setting. "Tadi di gim kedua saat sudah match point, kami mengendur," tutur Apri, melalui keterangan pers Humas PP PBSI.
"Mungkin ada perasaan mau selesai pertandingannya dan kami tidak menyiapkan apa yang harusnya disiapkan di poin terakhir itu," tambahnya.
Sementara, Fadia menilai, mereka tampil kurang sabar dalam menyelesaikan poin demi poin di jelang akhir gim kedua yang menyebabkan terjadi beberapa kali match point. "Lawan saat kami sudah match point sebenarnya sudah terlihat pasrah, pukulannya asal balik saja tapi kami malah terburu-buru," ungkapnya.
"Setelah disamakan baru kami coba komunikasikan kembali, mengingatkan untuk lebih tenang, dan akhirnya Alhamdulillah bisa menang," Fadia, menjelaskan.
Di final, Minggu (17/9), Apri/Fadia akan bertemu unggulan keenam dari Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan. Menghadapi partai puncak ini, Apri menyatakan, "Kondisi kami Alhamdulillah baik dari kondisi badan, pikiran dan komunikasi antara saya, Fadia dan Mas Pras (pelatih ganda putri Prasetyo Restu Basuki) yang mendampingi. Untuk besok di final tinggal siapkan mentalnya saja."
"Besok akan jadi partai yang ramai, kami sudah sama-sama tahu, sudah sering bertemu. Kami harus main taktis dan tidak boleh hilang fokus sedikit pun," tanggap Fadia, yang sempat menyatakan rindu akan gelar juara.