Pekan lalu di final New Zealand Open Grand Prix Gold 2016, Angga/Ricky kalah dua game langsung 18-21 dan 14-21.
Sejak game pertama dimulai, Angga/Ricky berhasil mengendalikan permainan. Mereka terus menguasai lapangan dan memimpin skor 11-9 dan menang 21-18.
“Dari awal kami pemanasan lebih panas dan lebih siap. Kami langsung pegang mereka. Hari ini bisa main lebih in,” ujar Ricky.
Sayang di game kedua, Angga/Ricky tak berhasil meneruskan performa baik mereka. Keduanya justru tertinggal cukup jauh, tak bisa mengembangkan permainan. Angga/Ricky kalah 6-21 di game dua.
“Kami sudah pernah ketemu, jadi dari awal kami sudah pegang start di lapangan. Kami bisa menerapkan pola permainan kami. Tapi masuk ke game dua kami banyak tertekan. Sudah coba buat keluar tapi nggak bisa,” kata Angga.
Masuk ke game penentu, Angga/Ricky kembali menemukan kepercayaan dirinya. Mereka bahkan mampu bangkit, meski sempat tertinggal 9-11. Angga/Ricky merebut enam poin berurutan, dan balik memimpin 15-11 dan menang 21-19
“Game ketiga kami ketinggalan, tapi poin 11 kami bisa bangkit. Komunikasi saya dengan partner dimaksimalkan. Dan ada rasa nggak mau kalah juga dari mereka,” tambah Angga.
“Saat di New Zealand mereka banyak protes bola masuk dibilang out, jadi merugikan kami. Di sini kami nggak mau terulang, jadi saya banyak protes ke wasit,” ungkap Ricky.
Di babak final, Angga/Ricky menunggu lawan antara rekannya sesama Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Goh V Shem/Tan Wee Kiong, Malaysia.
“Harapannya kami bisa ketemu temen sendiri, jadi all Indonesia final. Dengan teman sendiri juga kami sudah sama-sama tahu permainannya. Di lapangan juga sudah ngerti mainnya mereka,” kata Ricky lagi.