Gregoria mengakui kurang cepat beradaptasi dengan lapangan maupun permainan lawan pada gim pertama. Kemudian pada gim berikutnya, Gregoria merasa telah menemukan pola permainan dan berhasil menekan lawan.
"Di gim kedua saya sempat memberikan perlawanan dan lawan banyak melakukan kesalahan. Jadinya saya diuntungkan. Di sini saya berhasil memanfaatkan kesempatan yang ada," ujar Gregoria, dalam siaran pers Humas PP PBSI.
Ketika memasuki gim penentuan, pemain kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, pada 11 Agustus 1999 ini, menjadi kurang sabar dan terburu-buru untuk meraih poin dan mengakhiri permainan, terutama saat memimpin 20-19 di gim ketiga. "Maunya cepat selesai dan bola jadi tidak terontrol. Di poin kritis pun saya malah tidak maksimal," kata Gregoria.
Juara Kejuaraan Dunia Junior 2017 itu mengaku, fisik dan mental bertandingnya masih perlu perbaikan. Kondisi ini membuat rass percaya dirinya terkoreksi. "Fisik dan mental bertanding saya perlu perbaikan. Kurang konsisten dalam melakukan serangan. Apalagi harus menjalani pertandingan panjang," ujarnya.
Pada pertandingan melawan Takahashi ini, Gregoria berniat bukan hanya untuk menang melainkan juga bermain dengan penampilan terbaiknya. Selain itu, atlet yang karib disapa Jorji ini sempat terkecoh dengan pola serangan lawan yang bertangan kidal. "Saya sering dipaksa untuk melepas bola ke arah kiri lawan. Dia kan kidal jadi lebih mudah melakukan forehand. Seharusnya di sebelah kanan, agak sulit dia mengembalikan bola backhand," katanya.
Selanjutnya, Takahashi akan berjumpa dengan pemain non-unggulan asal Jerman, Yvonne Li, yang memerlukan waktu sekitar 49 menit untuk menghentikan laju pemain Spanyol, Beatriz Corrales.