Pada laga tersebut, pasangan tuan rumah pemegang titel kampiun Indonesia International Challenge 2022 tersebut mulai dapat beradaptasi dengan kondisi lapangan di Platinum Arena. Terlihat di lapangan, pasangan yang memulai debutnya pada pekan lalu di Kota Apel ini mulai bisa melakukan rotasi dan melakukan serangan sejak awal pertandingan.
"Kami bermain lebih tenang di laga ini saat menyerang ke pertahanan lawan. Dari segi serangan kami bisa mengontrol pertandingan dan lawan terlihat kesulitan untuk mengembangkan permainannya," papar Pramudya, dalam siaran pers Humas PP PBSI.
Hal hampir senada juga diungkapkan oleh Rahmat, yang merasa permainannya lebih baik ketimbang tiga laga sebelumnya dengan banyak kesalahan komunikasi di lapangan. "Komunikasi kami berjalan dengan baik, kami semakin solid dalam rotasi bertahan ke menyerang. Sejauh ini secara keseluruhan semua berjalan baik," ungkapnya.
"Kami sudah tahu gaya bermain lawan mengingat pekan lalu kami bermain melawan mereka. Jadi wajar di laga ini kami bisa menguasai jalannya pertandingan dan mengetahui strategi lawan," tambah Rahmat, pasangan dari ganda putra Muhammad Rayhan Nur Fadillah itu.
Melaju di partai final dua kali beruntun membuat keduanya ingin fokus agar bisa kembali naik podium tertinggi pada turnamen BWF World Tour Super 100 tersebut. Pada partai final, Rahmat/Pramudya akan melawan pemenang duel pasangan China antara He Ji Ting/Zhou Hao Dong dan Ren Xiang Yu/Tan Qiang. "Menghadapi partai pemungkas kami mau recovery dahulu dan berharap bisa menampilkan permainan yang lebih baik lagi," demikian Rahmat.