“Penunjukkan kami sebagai duta menunjukkan kepercayaan dan pengakuan BWF terhadap kami,” kata Huang Ya Qiong di laman resmi BWF, bwfbadminton.com.
Hal itu lah yang kemudian membuat Zheng/Huang merasa bangga sekaligus terhormat dinobatkan sebagai panutan bagi komunitas bulutangkis di seluruh dunia. “Kami adalah figur publik yang kerap muncul di TV, jadi semua ucapan dan tindakan kami diperhitungkan. Orang-orang akan memikirkan hasrat dan respek yang kami tunjukkan selama tampil pada sebuah kompetisi, semoga mereka bisa belajar dari kami,” ucapnya.
“Sejak kami kecil, kami diajari mengenai pentingnya kompetisi yang adil. Jadi, dalam opini saya, permainan yang bersih dan jujur adalah elemen penting dari integritas olahraga. Hal ini terutama sangat penting bagi anak-anak muda. Mereka harus memiliki etika kerja dan kebiasaan yang benar sejak usia muda,” sambungnya menambahkan.
Selain Zheng/Huang, duta ‘i am Badminton’ yang terpilih juga ada Selain Michelle Li (Kanada), Pusarla V. Sindhu (India), Jack Shephard (Inggris), Valeska Knoblauch (Jerman), Chan Ho Yuen (Hong Kong) dan Marc Zwiebler (Jerman) yang menjabat sebagai Ketua Komisi Atlet.
Sementara itu, senada dengan Huang, Zheng Si Wei juga menyebut bila kampanye ‘i am Badminton’ bisa sangat mendorong kejujuran dan sportifitas setiap atlet. Menurut dia, rasa hormat tidak hanya ditujukan kepada lawan, tapi juga untuk pelatih serta semua orang yang terlibat dalam suatu turnamen.
“Ketika kami masuk ke dalam lapangan pertandingan, kami harus menaruh respek kepada ofisial teknis dan lawan-lawan kami dengan bermain sebaik mungkin di bawah kondisi yang adil dan setara. Inilah yang harus dilakukan setiap atlet,” tegas Zheng Si Wei.
Zheng/Huang beserta enam nama di atas akan melanjutkan tugas yang sebelumnya diemban Saina Nehwal (India), Viktor Axelsen (Denmark), Hendra Setiawan (Indonesia), Christinna Pedersen (Denmark), Chen Long (Tiongkok), Misaki Matsutomo (Jepang), Ayaka Takahashi (Jepang) dan Ketua Komisi Atlet Bulutangkis Para BWF, Richard Perot, termasuk Presiden BWF, Poul-Erik Høyer Larsen.