Gregoria harus mengakui keunggulan lawannya, Pai Yu Po dari Taiwan dan menyerah setelah bermain tiga game, 17-21, 21-17 dan 19-21.
“Saya kebanyakan salah buang. Kan dia tinggi, saya maunya lob yang dalam, dengan postur tinggi sebenarnya jadi menguntungkan buat dia. Dari game pertama saya juga nggak berani melambatkan dan menaikkan bola,” kata Gregoria kepada badmintonindonesia.
Kehilangan game pertama, Gregoria sempat menunjukkan perlawanannya di game kedua. Ia berhasil merebut kemenangan dan memaksa pertandingan ke rubber game. Namun sayang setelah sempat unggul 17-14 di game penentuan, Gregoria tak berhasil mengamankan kemenangannya.
“Game kedua dia banyak mati sendiri. Dia kalah angin jadi saya ada kesempatan buat menyerang,” ujar atlet besutan klub Mutiara Bandung tersebut.
“Di game ketiga saya sempat memimpin, terus hilang lagi. Saya kurang bisa menahan sampai selesai. Buang poinnya gampang banget, dapetnya susah banget,” sambung Gregoria.
Belum berhasil memberikan hasil cemerlang dari dua turnamen, Korea Open dan Japan Open, Gregoria pun mengevaluasi penampilannya. Soal fokusnya di lapangan menjadi salah satu hal yang ingin ia perbaiki kedepannya.
“Kedepannya saya harus lebih fokus lagi. Misalnya saya fokus di 11 poin pertama, tapi ketika lawan merubah pola, saya nggak bisa cepat beradaptasi. Saya harus lebih cepat menangkap perubahan lawan,” tutup Gregoria.
Selain Gregoria, tunggal putri Indonesia, Lyanny Alessandra Mainaky juga harus terhenti lebih awal. Lyanny kalah 23-21, 18-21 dan 17-21 dari pemain tuan rumah, Shiori Saito.
Dengan demikian, Indonesia tinggal menyisakan satu wakil dari sektor ini yakni Fitriani yang sudah aman di babak utama dan akan berhadapan dengan Ratchanok Intanon, Thailand. Keduanya tercatat belum pernah saling berhadapan di lapangan pertandingan.