Kekalahan Misaki/Ayaka Berbuah Petisi

Internasional ‐ Created by RR

Pertandingan babak putaran kedua antara Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi melawan wakil tuan rumah Huang Dongping/Li Yinhui pada ajang China Open Super Series Premier 2016 memang telah berakhir dan meloloskan Dongping/Yinhui ke babak perempat final dengan hasil akhir 14-21 22-20 22-20. Namun, ada yang menjadi sorotan dalam kemenangan dramatis pasangan Tiongkok tersebut.

Pada game pertama, Misaki/Ayaka mampu merebut game dengan mudah, peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 tersebut mampu merebut game pertama dengan keunggulan 14-21. Memasuki game kedua tensi pertandingan semakin panas dan berjalan cukup ketat. Hingga akhirnya pada kedudukan 20-21 game kedua, Misaki/Ayaka meminta wasit untuk melakukan challenge saat pukulan Misaki diputuskan out oleh umpire dan menghasilkan point bagi pasangan Dongping/Yinhui sekaligus memaksa pertandingan dilanjutkan ke game penentuan.

Misaki/Ayaka langsung menghampiri umpire yang memimpin jalannya pertandingan, mereka meminta challenge atas point terakhir yang akhirnya menjadi milik lawan mereka tersebut. Namun, umpire mengatakan bahwa Misaki/Ayaka sudah tidak memiliki lagi kesempatan untuk melakukan challenge. Sontak keputusan tersebut dirasa merugikan pasangan Jepang. Misaki/Ayaka sebetulnya masih memiliki kesempatan untuk melakukan challenge pada pertandingan tersebut. Dalam satu pertandingan, pemain diberikan kesempatan untuk melakukan challenge sebanyak 2 kali. Misaki/Ayaka terlihat beberapa kali melakukan protes, namun tetap tidak digubris dan permainan pun tetap dilanjutkan dengan penuh tanda tanya bagi pasangan Jepang tersebut, hingga akhirnya mereka kalah di game penentuan 22-20.

Dalam dunia bulutangkis, Challenge diberikan kepada pemain untuk meminimalisir kontrovesi dalam sebuah pertandingan dan menambah keyakinan para pemain bahwa mereka mendapat perlakuan yang adil dari umpire. Namun, kejadian yang menimpa Misaki/Ayaka tersebut sungguh diluar dugaan. Tidak heran, muncul berbagai anggapan bahwa umpire tersebut mendukung pasangan tuan rumah untuk bisa menang di pertandingan tersebut.

Anggapan tersebut diperkuat dengan fakta bahwa umpire yang memimpin pertandingan berasal dari negara yang sama dengan Dongping/Yinhui. Gillian Clark seorang komentator bulutangkis yang pada pertandingan tersebut sedang bertugas pun sangat menyayangkan atas kontrovesi yang terjadi. Menurutnya, umpire yang bertugas dalam sebuah pertandingan seharusnya berbeda Kewarganegaraan dengan atlet yang akan dipimpinnya untuk mencegah ketidaknetralan.

Pertandingan tersebut sebenarnya juga diwarnai dengan kontrovesi lain. Umpire tersebut melakukan beberapa keputusan yang tergolong memberatkan pasangan Jepang. Diantaranya, mengizinkan untuk mengganti shuttlecock untuk pasangan Tiongkok padahal lawan tidak menginginkannya. Lalu Dongping/Yinhui terbukti melakukan taktik membuang waktu dengan sering meminta official yang bertugas untuk mengepel lapangan padahal seharusnya hal tersebut tidak diizinkan untuk turnamen selevel Super Series Premier. Sungguh sangat disayangkan apabila semua hal tersebut terbukti benar. Petisi pun dilakukan untuk meminta keadilan atas kejadian yang menimpa Misaki/Ayaka tersebut. Semoga BWF selaku badan tertinggi bulutangkis dunia, bisa memperketat pengawasan terhadap indikasi-indikasi kecurangan dalam sebuah turnamen atau pertandingan.

Link petisi: https://www.change.org/p/badminton-fans-cheating-chinese-umpires

 

Video Credit: Badminton V