Kekalahan pertama didera oleh Della/Rosyita yang harus mengakui keunggulan pasangan Denmark, yang juga peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen, asal Denmark. Della/Rosyita kalah dua game langsung dengan skor 17-21 dan 13-21.
Selang satu pertandingan, kemudian giliran Anggia/Ketut yang juga harus kalah dari lawannya yang merupakan unggulan dua, yakni pasangan dari Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi. Anggia/Ketut kalah 17-21 dan 22-24.
Meskipun kalah, Anggia/Ketut tampil cukup baik dan beberapa kali punya peluang untuk memenangkan pertandingan, namun lawan yang merupakan peraih medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini masih terlalu tangguh untuk mereka.
“Secara keseluruhan, penampilan Della/Rosyita nggak seperti biasanya, banyak error, pasif dan kurang inisiatif. Ada faktor X yang membuat Della/Rosyita tidak maksimal. Akan jadi evaluasi buat Della/Rosyita, kalau lagi tidak enak situasinya harus bagaimana cari jalan keluarnya?” jelas Eng Hian, Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI.
"Anggia/Ketut cukup bagus bisa memberikan perlawanan ke pasangan rangking satu dunia. Tetapi tetap perlu evaluasi, walaupun sudah memimpin, tapi kenapa kok bisa stuck di poin itu? Dari konsentrasinya atau apa? Saya lihat dari game pertama, kondisi mentalnya yang belum kuat, saat bisa menang, disitu ada pressure, seharusnya kan pressure bukan di mereka, tetapi di lawan,” tambahnya.
“Inilah namanya perbedaan jam terbang, lawan mainnya konsisten dan stabil. Jarang membuat kesalahan sendiri. beda dengan pasangan kita (Indonesia), error error nya masih ada, jadi lawan bisa dapat poin dari kesalahan kita,” pungkas Eng.