Pujian dari Gita bukan tanpa alasan. Pasalnya, perjuangan Jojo, sapaan akrab Jonathan memang pantas dipuji.
Bagaimana tidak, Jojo memulai langkahnya di turnamen ini dari babak kualifikasi. Bisa sampai ke semifinal menjadi capaian yang jauh dari target awal, mengingat dirinya juga bukan sebagai unggulakn. Wajar adanya, jika Gita mengapresiasi penampilan Jojo itu dengan pujian.
“Walaupun kalah, a star is still born and his name is Jojo. And Jojo will bring in more stars in the future,” kata Gita.
Riuh rendah suara penonton pun terus mewarnai pertandingan ini. Jojo, pebulutangkis 18 tahun itu pun mendapat banyak dukungan untuk memenangkan pertandingan. Sayangnya, langkah Jojo terhenti di babak semifinal usai ditaklukkan unggulan satu asal Tiongkok, Chen Long, 21-8, 19-21, dan 14-21.
“Sebenarnya ini sudah lebih dari target. Jadi saya sangat bangga. Tapi tadi sangat sayang, harusnya bisa menuju final tapi harus terhenti di semifinal. Tapi tidak apa-apa, saya banyak mengambil pengalaman dari melawan Chen Long hari ini,” ungkap Jonatan.
Ini merupakan kali kedua, Jojo berhadapan dengan pemain rangking satu dunia tersebut. Sebelumnya Jonatan jumpa Chen Long di Piala Sudirman 2015 lalu. Saat itu dia kalah 10-21 dan 15-21.
Di level super series premier, ini merupakan capaian terbaik Jonatan. Sebelumnya, pebulutangkis yang kini menduduki peringkat 33 dunia itu sudah ikut di dua turnamen super series premier. Di BCA Indonesia Open Super Series Premier 2015, dia terhenti di perempat final. Sedangkan di All England 2016 lalu dia angkat koper sejak babak pertama.