“Saya ingin membalikkan keadaan dan kembali menjadi Carolina sang petarung, untuk percaya pada diri saya sendiri sehingga saya benar-benar dapat mencapai tujuan saya untuk memenangkan (medali) emas di Tokyo,” kata Carolina Marin kepada Olympic Channel dilansir situs resmi Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Tahun lalu, setelah berhasil menembus dua partai final di ajang Malaysia Masters 2019 BWF World Tour Super 500 dan Daihatsu Indonesia Masters 2019 BWF World Tour Super 500, Marin terpaksa harus absen selama kurang lebih delapan bulan karena mengalami cedera pada lutut kanannya.
Tak butuh waktu lama, setelah dinyatakan pulih dari cedera dan bisa kembali bertanding, Marin kemudian langsung sukses merebut gelar juara di ajang China Open 2019 BWF World Tour Super 1000 usai mengalahkan tunggal putri Taiwan, Tai Tzu Ying dengan skor 14-21, 21-17 dan 21-18. Secara perlahan, dia pun berhasil memperbaiki peringkat dunianya yang sempat merosot secara dratis. Saat ini, Marin sudah berada di peringkat enam dunia.
Meski sudah move on dari cedera lutut, tahun ini dia belum sekalipun mendapatkan gelar juara dari delapan turnamen yang telah diikutinya. Di ajang Daihatsu Indoensia Masters 2020 BWF World Tour Super 500, Januari lalu, Marin berhasil sampai ke partai puncak. Sayangnya di kalah dari wakil Thailand, Ratchanok Intanon dengan skor 19-21, 21-11 dan 18-21.
Lalu di kejuaraan Barcelona Spain Masters 2020 BWF World Tour Super 300, dia juga mampu menjejaki babak final. Namun Marin masih belum berhasil menjadi kampiun di hadapan publiknya sendiri setelah tumbang di tangan Pornpawee Chochuwong dengan skor 21-11, 16-21 dan 18-21.
Final ke tiga yang dilakoni Marin tahun ini terjadi di ajang All England 2020 BWF World Tour Super 1000, pertengahan Maret lalu. Sayangnya, dia lagi-lagi belum beruntung dan harus finis sebagai runner up setelah kalah 19-21 dan 17-21 dari tunggal putri Jepang, Nozomi Okuhara.