"Saya belum pernah menonton video apa pun sebagai bagian dari persiapan. Saya juga tidak memperhatikan orang lain," tutur pemain berperingkat empat dunia ini, mengutip laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
Terkait performanya, hanya satu hal yang tertanam dalam benak Tai, yaitu jumlah kesalahan yang dilakukannya di lapangan. Bagi tunggal putri andalan Taiwan ini, persamaannya sederhana, yakni peluangnya untuk menang berbanding terbalik dengan kesalahannya. Memang agak mengejutkan, performa lawan tidak diperhitungkan dalam persamaan ini. "Hasil sebuah pertandingan bergantung pada jumlah kesalahan yang saya lakukan," papar peraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 ini.
"Jika saya menonton video tetapi tetap membuat banyak kesalahan, itu tidak akan membantu. Itu semua tergantung pada saya," Tai, menambahkan.
Nah, lantas bagaimana dengan lawan-lawan tangguh yang kerap dihadapi Tai, seperti An Se Young, Akane Yamaguchi, Chen Yu Fei, atau Marin? Bagaimana Tai bisa bertahan tanpa mempelajari permainan para pemain elite dunia tersebut? "Umumnya, seorang pemain tidak akan banyak berubah," jawab pemain yang mencapai posisi teratas peringkat dunia tunggal putri pada 1 Desember 2016.
"Semisal, An Se Young dulu sering melakukan reli, tapi sekarang dia mencoba lebih sering menyerang. Chen Yu Fei juga mirip dengan An Se Young, mereka tidak melakukannya. Mereka tidak terlalu sering menyerang sebelumnya, tetapi sekarang mereka melakukan lebih banyak serangan. Akane adalah pemain yang lebih menyerang."
"Pemain seperti Akane, An Se Young, dan Chen Yu Fei, bermain sangat cepat sekarang, jadi lebih penting bagi saya untuk mempersiapkan diri daripada memahami mereka."
"Saya telah memainkannya berkali-kali, saya mengenal mereka dengan cukup baik. An Se Young sangat konsisten, Akane kuat dalam menyerang dan cepat. Jadi secara umum, saya memahaminya. Tapi yang pertama dan terpenting adalah mempersiapkan diri. Saya cenderung membuat banyak kesalahan, jadi saya perlu mengurangi kesalahan saya dan meningkatkan kecepatan saya."
Tai menilai, ia wajib mempersiapkan diri sebelum memikirkan lawan yang bakal dihadapi. Lagi-lagi ia menegaskan, ia harus bisa menekan jumlah kesalahan di lapangan, sebelum memikirkan solusi untuk meredam permainan lawan. "Contohnya, jika saya tidak bisa menjaga shuttlecock tetap berada di dalam garis, apa pun yang saya lakukan tidak ada bedanya. Jika saya tidak bisa mengendalikan kesalahan saya, saya tidak bisa menantangnya," jelas pemain kelahiran Kaohsiung, Taiwan, pada 20 Juni 1994 ini.
"Masalahnya, pun solusinya ada pada diri saya sendiri," demikian Tai.