"Saya sangat sedih, saya tidak menangis," ungkap Bang dikutip dari laman Federasi Bulu Tangkis Dunia, mengenang peristiwa pada Barcelona 1992
Pada Paris 2024, Bang menyaksikan secara langsung sebuah peristiwa yang tidak pernah terlihat dalam 28 tahun terakhir. Kali ini, Bang duduk di ruang media di Porte de La Chapelle Arena, Paris, Prancis, sebagai komentator pada sebuah stasiun televisi Korea Selatan.
Peristiwa rekan senegaranya, An Se Young, naik podium ke podium teratas dengan medali emas Paris 2024, langsung mengingatkannya pada final dua Olimpiade yang pernah dilaluinya. Bang mengalami malam yang menegangkan. Ia paham betul, An adalah favorit untuk meraih keping emas. Namun, perempuan berusia 51 tahun itu juga tahu bagaimana rasanya kalah di final.
Rasa gugup yang dialami Bang perlahan memudar, seiring penampilan An yang kian mendominasi partai final melawan He Bing Jiao asal China. An mengunci kemenangan gim pertama dengan skor 21-16. "Si Anak Ajaib" --julukan bagi An-- melanjutkan tren positif di gim berikutnya hingga mengantongi empat match point. Pada momen ini, tak hanya rasa gugup, Bang justru merasa kaku di kursinya.
Di pengujung pertandingan, pukulan He keluar dan membuat skor menjadi 21-16 bagi An. Di ruang media, Bang mengangkat kedua tangannya lalu membenamkan wajahnya ke kedua tangannya, sebelum duduk kembali dan menyeka air matanya. "Saya tidak menangis meski meraih emas," kata Bang.
"Tetapi hari ini, ketika dia memenangkan medali emas, saya menangis," tambahnya.
Pada sesi jumpa pers seusai pertaandingan, Bang pun turut hadir, menyaksikan, dan mendengar langsung pernyataan-pernyataan An seputar perjalanannya sepanjang Paris 2024 hingga pergulatan melawan cedera lutut. "Sangat sulit untuk mengatasi rasa sakitnya," tutur pebulu tangkis berusia 22 tahun itu.
"Ada kesalahan diagnosis dan pada akhir tahun lalu kami menemukan kondisinya sangat buruk. Namun, kami tidak punya waktu untuk operasi, jadi kami harus terus maju dan pelatih saya membantu saya, dan itulah mengapa saya bisa datang ke sini," jelasnya.
"Saya tidak pernah melewatkan latihan saya. Saya selalu mendorong diri untuk terus berlatih. Saya tidak pernah melewatkan lari setiap pagi dan saya berusaha membangun stamina saya. Dan saya tidak pernah menyerah. Hal-hal seperti itu yang membawa saya meraih medali emas," demikian An.