Jorgensen besar di keluarga yang menjadikan kriket sebagai olahraga utamanya. Tak heran jika ia dulu jago bermain kriket.
Awalnya, orang tua Jorgensen berusaha mengarahkan dirinya di arena kriket. Bahkan ia sudah bermain di kelompok umur 13 tahun.
"Itu (kriket) bagian dari masa kecil saya, datang ke stadion setempat dan bermain kriket. Itu jadi perjalanan menyenangkan, seperti tradisi keluarga karena ayah saya bermain dan kakek juga bermain. Semuanya terjadi secara alamiah," kata pebulutangkis asal Denmark dilansir Indian Express, Rabu (10/1).
Tapi, pilihannya menjadi atlet bulutangkis tidak salah. Menjadi bintang bulutangkis Denmark, ia mampu meneruskan tradisi negaranya menjadi salah satu negara di Eropa yang melahirkan sejumlah pebulutangkis hebat.
Kebintangan Jorgensen dibuktikan dengan menduduki peringkat kedua dunia di tunggal putra, hanya kalah dari pemain Malaysia, Lee Chong Wei. Sedangkan peringkat ketiga diduduki pemain Denmark lainnya, Viktor Axelsen.
Menjadi bintang bulutangkis bukan berarti membuat Jorgensen melupakan kriket.
"Kriket selalu menjadi bagian dari keluarga saja. Saya senang menyaksikan pertandingan kriket di televisi dan sering melihat India bermain," ujar Jorgensen.