Presiden BWF Ingin Mengembalikan Sistem 11 Poin

Presiden BWF, Poul-Erik Høyer Larsen (kanan).
Presiden BWF, Poul-Erik Høyer Larsen (kanan). (Foto: badmintoncentral.com)
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Presiden Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), Poul-Erik Høyer Larsen kembali mengeluarkan pernyataan yang menuai Pro-Kontra lewat usulannya untuk mengembalikan sistem 11 poin pada tahun depan. Padahal, sistem perhitungan 21 poin yang kurang lebih sudah berjalan selama 14 tahun ini terbukti telah mengalami banyak peningkatan. Lantas apa yang menjadi dasar pertimbangkan Poul-Erik untuk kembali menggunakan sistem 11 poin di bulutangkis modern ini?

“Saya ingin mengubah sistem penilaian yang ada. Kami terlalu konservatif sekarang, menyebabkan bulutangkis berdiri diam,” ujar Poul-Erik Høyer Larsen dikutip Sports Sina dari Indosport.com.

BWF diketahui mulai meninggalkan sistem 11 poin sedari 2006 lalu yang kemudian mengadopsi sistem 21 poin dengan tiga babak. Seperti dilansri Sport Sina, Poul-Erik selalu mendukung sistem perhitungan 11 poin tersebut. Upaya Presiden BWF itu pun sempat diuji kelayakannya pada beberapa turnamen level rendah pada 2014 lalu.

Pada Mei 2018, sistem 11 poin kembali dibawa ke forum Konferensi Tahunan Bulutangkis Dunia. Dan hasilnya, 129 suara memberi dukungan, sedangkan 123 suara lainnya menentang. Meski jumlah pendukung tercatat lebih banyak, namun suara tersebut tidak mencapai 2/3 dari total suara, sehingga sistem 11 poin itu pun batal diterapkan pada 2019 lalu.

Poul-Erik pun kembali memunculkan diskusi terkait sistem 11 poin setelah berkaca pada apa yang terjadi di Piala Sudirman 2019. Saat itu, Denmark yang kalah dari Inggris di fase penyisihan Grup setelah harus bermain hampir tujuh jam lamanya.

“Mereka (anggota BWF yang menolak sistem 11 poin) mungkin merasa bahwa ini terlalu dekat dengan Olimpiade Tokyo 2020. Mungkin mereka ingin mempertimbangkan ini setelah Tokyo 2020 dan kemudian melakukan perubahan. Maka kita harus menunggu dan lihat apa yang akan terjadi,” katanya dikutip dari sport.tempo.co.

Bila sistem 11 poin ini kembali diterapkan BWF pada tahun depan atau secepatnya, maka dapat diprediksi jika hal tersebut akan menguntungkan bagi pemain Eropa yang punya tipikal permainan menyerang. Sedangkan keterampilan, ‘seni’ bulutangkis dan gaya permainan bertahan yang menjadi ciri khas pemain Asia, diperkirakan akan lebih terbatasi.

Meski demikian, apa yang menjadi keinginan besar Presiden BWF itu tidak akan mudah untuk dilalui. Sebab, negara-negara bulutangkis seperti Indonesia, Tiongkok, Jepang, Thailand dan Malaysia kemungkinan besar tidak akan setuju dengan usulannya tersebut.

 

Kalau kalian setuju atau tidak?