“Sebagian besar pemain memang diminta untuk memakai arloji Polar (smart watch), sehingga tim pendukung kami dapat memantau mereka. Kita bahkan bisa membandingkan data saat ini dengan data sebelumnya. Tim dukungan terus mengirimkan saya laporan tentang perkembangan para pemain dan seberapa banyak mereka mendorong diri mereka sendiri selama masa seperti ini,” tutur Rexy Mainaky seperti dikutip dari situs resmi BWF.
Dalam beberapa bulan terakhir, para atlet Thailand memang sudah menggunakan arloji pintar baik di dalam maupun luar lapangan. Data yang diambil dari arloji pintar tiap-tiap pemain seperti informasi detak jantung, pola tidur dan lain-lain, nantinya akan digunakan tim pelatih Thailand sebagai bahan evaluasi.
Sepulangnya dari kejuaraan All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Maret lalu, tim bulutangkis Thailand belum diperkenankan kembali ke pemusatan latihan. Demi menjaga kondisi anak didiknya, Rexy lantas memberikan program latihan teknik dan fisik sebanyak enam hari dalam sepekan.
“Ada sepuluh tim pelatihan dan tiga pelatih fisik untuk menunjang program ini. Saya telah menunjuk satu pelatih untuk memantau setiap disiplin. Setiap pelatih harus menangani sekitar sepuluh pemain sehingga dapat memantau pelatihan mereka dengan berkualitas,” jelasnya.
Sebagian besar program bersifat latihan fisik. Dalam sehari ada dua sesi latihan, masing-masing berlangsung selama dua jam dalam enam hari di setiap pekannya. Sementara ada satu sesi, pada hari Selasa dan Jumat khusus untuk pelatihan teknik. Selama masa penguncian, otomatis pelaksanaan program latihan teknik menjadi lebih sulit dari biasanya. Meski begitu Rexy memberikan alternatif kepada atletnya untuk menjalankan sesi bayangan atau memukul shuttlecock ke dinding.
“Pemain dapat melakukan latihan bayangan atau memantulkan shuttlecock ke dinding, atau sesuatu yang serupa, yang membantu menjaga fokus dan refleks. Mereka harus memegang raket agar tidak kehilangan feeling-nya,” tutupnya.