"Saya sudah mengetahui permainan dia, waktu dia di lapangan yang ‘menang angin’ pukulannya kemungkinan besar akan out, saya tinggal menunggu di bekalang. Permainan depan lawan pun tidak terlalu berbahaya. Dari segi tenaga, saya merasa lebih unggul karena saya jauh lebih muda dari lawan,” kata Jonatan usai laga.
“Di final, saya berharap bisa mengalahkan Khosit lagi seperti di nomor beregu kemarin. Pukulan-pukulannya kadang mengagetkan, dari lambat tiba-tiba jadi cepat. Dia juga lebih berani di net,” tambahnya.
Sementara itu Ihsan mengakui kalau ia tak dapat mengeluarkan semua kemampuannya saat bertanding di laga semifinal. Kekalahan di game pertama nyaris dibayarnya saat menciptakan game point 20-18. Sayangnya Ihsan kalah tenang dari lawan yang akhirnya membalikkan keadaan sekaligus mengubur harapan all Indonesian final di tunggal putra.
“Memang di game pertama saya tidak lepas mainnya, saya tidak tahu kenapa. Pada game kedua pun saya terlalu mudah buang poin. Tentunya saya sangat tidak puas dengan hasil ini, target tunggal putra adalah medali emas, mudah-mudahan Jonatan bisa menang besok,” ujar Ihsan.
Dalam dua pertandingan sebelumnya, pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga terhenti di semifinal dari Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh (Thailand), dengan skor 17-21, 21-23. Gregoria Mariska Tunjung pun takluk di laga empat besar dari Soniia Cheah (Malaysia) dengan skor 20-22, 13-21.