"Saya tadi sudah berusaha menampilkan permainan terbaik. Tapi, memang belum bisa. Tidak ada beban, tapi memang fisik saya cukup terkuras," kata Stephanie, melalui keterangan pers Humas PP PBSI.
Atlet asal klub PB Jaya Raya itu mengaku masih perlu menambah jam terbang dan membenahi sejumlah hal teknis, jika ingin bersaing dengan pemain-pemain peringkat atas. "Pertandingan ini menjadi pelajaran saya ke depan. Melawan yang lebih di atas, memang perlu pengalaman dan tenaga yang lebih," kata pemain berperingkat 217 dunia ini.
Begitu pula dengan penyelesaian akhir setelah bermain reli-reli panjang maupun permainan di depan net, menurut Stephanie, yang akan menjadi bahan evaluasi guna menghadapi laga-laga mendatang. "Terasa sekali, saya sudah mengontrol permainan, tapi tidak ada finishing-nya. Di samping kecepatan saya juga sudah menurun," jelas pemain berusia 19 tahun ini.
Stephanie diberi kepercayaan untuk turun sebagai pemain tunggal kedua pada partai final beregu putri SEA Games Vietnam 2021. Putri Kusuma Wardani merupakan pemain muda lainnya yang diturunkan pada partai pembuka. Namun, keduanya belum berhasil meraih kemenangan. Begitu pula dengan ganda pertama Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Kekalahan Apriyani/Fadia dari ganda putri peringkat delapan dunia Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai itu, menghasilkan banyak "pekerjaan rumah" yang harus dibawa ke Tanah Air. "Saya dan Fadia akan belajar dari hari ini. Banyak 'pekerjaan rumah' yang harus kita evaluasi," Apriyani, menjelaskan.
Regu putri Thailand keluar sebagai juara, menambah catatan jumlah medali emas yang diraih beregu putri, mulai dari SEA Games 2011, 2015, 2017, 2019, dan 2021. Sementara, Indonesia pun harus puas dengan perolehan keping perak beregu putri SEA Games Vietnam 2021.