Pebulutangkis tunggal putra Indonesia besutan PB SGS PLN Bandung ini sebetulnya berhasil membuka game pertama dengan penampilan yang sangat apik dan penuh percaya diri. Pun demikian dengan penampilannya di game kedua. Baik Anthony maupun Momota sama-sama memperlihatkan permainan agresif, yang lantas membuat duel di game kedua pun berlangsung dengan begitu ketat.
Namun sayang, Anthony tidak berhasil membendung gempuran yang terus menerus dilancarkan Momota. Sehingga Anthony harus merelakan game kedua menjadi miliki tunggal putra peringkat satu dunia itu.
“Di game pertama saya memang memegang kendali pertandingan sampai selesai. Tadi di game kedua sempat unggul-unggul juga, mepet-mepet juga poinnya sampai akhir. Cuma di poin kritis, saya nggak bisa menggunakan kesempatan. Nggak tepat cara mainnya. Dari kondisi lapangan kan menang angin, mau nggak mau inisiatif menyerangnya lebih banyak. Tapi di game kedua akhir, dia lebih antisipasi mainnya,” jelas Anthony Sinisuka Ginting.
Di game ketiga, Anthony tampil tak kalah baiknya seperti pada game pertama. Ia pun sempat unggul 12-8. Namun, Momota bisa keluar dari tekanan dan berbalik menyerang dengan merebut sembilan angka beruntun. Saat kondisi tertinggal 12-17, Anthony justru berada di bawah bayang-bayang permainan Momota dan tampil penuh tekanan. Alhasil, gelar juara Singapore Open 2019 BWF World Tour Super 500 inipun menjadi milik Momota.
“Game ketiga saya berusaha mengambil poin sebanyak-banyaknya, karena lapangannya enak buat kami. Saat interval juga sempat leading juga tapi pas pindah lapangan, mungkin Momota juga lebih antisipasi lagi, sama seperti di game kedua akhir tadi,” katanya.
Dengan hasil ini, Indonesia harus puas membawa pulang dua gelar runner up dari ajang Singapore Open 2019 BWF World Tour Super 500 melalui Anthony dan pasangan ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.