Ratu bulutangkis dunia itu mengawali pertarungan di game pertama dengan sangat baik. Dia bahkan mampu mengendalikan jalannya permainan. Namun pada game kedua, Tzu Ying harus bekerja lebih ekstra meredam permainan Blichfeldt yang semakin membaik.
“Pada game pertama saya bermain cukup nyaman dan bisa mengendalikan permainannya. Tapi pada game kedua kecepatan shuttlecock berbeda, dan saya harus beradaptasi lagi dengan itu. Mia juga bermain baik di game kedua. Jadi, tentu saja saya tidak mau terjadi game ketiga. Tidak ada yang ingin pertandingan mereka mencapai game ketiga,” tutur Tai Tzu Ying dalam wawancara bersama Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Di sisi lain, Mia Blichfeldt mengaku tidak percaya diri saat memainkan game pertama. “Saya pikir game pertama tadi berjalan sangat cepat. Saya tidak gugup, tapi tidak terlalu yakin pada diri saya sendiri. Saya merasa seperti saya sudah siap, tapi jelas saya belum siap, jadi itu sangat buruk. Di game kedua, saya mencoba untuk berjuang kembali ke dalam permainan dan kemudian saya kehilangan segalanya,” ungkap Blichfeldt.
Sementara itu, di partai puncak Yonex Thailand Open 2020 BWF World Tour Super 1000, Tzu Ying akan berhadapan dengan peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 asal Spanyol, Carolina Marin yang di babak semifinal menang 21-18 dan 21-16 atas tunggal putri Korea, An Se Young.
Ini akan menjadi final ideal di sektor tunggal putri. Besok (17/1), sejatinya bakal menjadi pertemuan ke-16 bagi Tzu Ying dan Marin. Dari 15 pertemuan sebelumnya, Tzu Ying tercatat sudah mengoleksi sembilan kemenangan, termasuk kemenangan di pertemuan terakhir pada ajang All England 2020 BWF World Tour Super 1000.
“Saya hanya akan fokus pada diri saya sendiri, mengurangi kesalahan sendiri dan mencoba mempersiapkan diri sebaik mungkin (untuk besok),” tandas Tai Tzu Ying.