Meskipun sama-sama mewakili Merah-Putih, namun duel kedua pemain ini berlangsung sangat ketat. Baik Tommy maupun Anthony sama-sama ngotot ingin merebut tiket final. Tommy sebagai pemain senior, tentunya tak ingin takluk di tangan Anthony yang lebih muda darinya. Anthony pun dalam hati punya tekad kuat untuk bisa mengalahkan Tommy yang lebih banyak makan asam garam di panggung bulutangkis dunia.
Anthony mengawali permainan dengan baik di game pertama. Penempatan-penempatan bolanya begitu menyulitkan Tommy. Tampil konsisten, Anthony mampu mencuri game pertama dari Tommy. Pada game kedua, Anthony lagi-lagi mengungguli Tommy di interval game, 11-9.
“Pada saat interval game kedua, saya masih ketinggalan terus dari Anthony. Saya akui kalau akurasi Anthony sangat baik, saya jadi tidak bisa mengembangkan pola permainan saya,” tutur Tommy.
“Namun di akhir game kedua, saya perhatikan dia agak ‘goyang’, nggak seakurat di game pertama. Inilah momen saya mengembalikan keadaan, saya tak mau bermain di pola Anthony. Kemudian di game ketiga, kelihatan stamina Anthony terkuras habis dibanding saya,” jelas Tommy.
Seperti dituturkan Tommy, penampilan Anthony memang menurun drastis di game penentuan. Sempat unggul 14-11, Anthony kemudian tak dapat mengatasi permainan yang diterapkan seniornya tersebut. Tommy merebut 10 poin berturut-turut dan mengunci perolehan skor Anthony di angka 14.
Di laga final, Tommy lagi-lagi akan ditantang pemain muda yang dengan mengejutkan mampu menembus babak final, Kantaphon Wangcharoen. Pemain masa depan Thailand ini lolos ke final setelah menundukkan Lee Zii Jia (Malaysia), dengan skor 15-21, 21-18, 22-20.
“Semuanya kalau sudah terjun di turnamen senior, dianggap satu level semua. Pemain muda bisa menang, saya pun yang pemain senior juga bisa menang, yang penting fokus dan siap untuk fight,” jawab Tommy ketika ditanya peluang di final.