“Di game pertama saya sempat unggul terus, tapi banyak mati-mati sendiri dan akhirnya kecolongan. Di game kedua saya mengubah kecepatan dan kontrol serangan, jadi olah-olah pukulan dulu, kalau ada kesempatan langsung serang,” jelas Fitriani usai bertanding.
“Di game ketiga saya mainnya jorok banget. Saya nggak bisa kontrol arah angin yang berubah-ubah, padahal di game pertama saya bisa mengatasi. Serangan-serangan lawan cukup tajam, bola pengembalian saya banyak yang tanggung, jadi kena serang terus sama lawan,” sambungnya melanjutkan.
Lebih lanjut Fitriani mengatakan bila dirinya sedikit kesulitan menghadapi pemain yang memiliki pegangan tangan kidal. Ada beberapa pukulan atau pengembalian dari Takahashi yang tidak dapat terbaca Fitriani. “Pukulannya tajam dan karena dia kidal, jadi kalau nggak lewati dia arah pukulannya nggak kelihatan. Tapi kalau bisa atasi, pukulannya nggak setajam itu,” katanya.
Meski harus tersingkir di babak perempat final Thailand Open 2019 BWF World Tour Super 500, namun penampilan Fitriani boleh dibilang cukup mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dua turnamen beruntun sebelumnya, di ajang Blibli Indonesia Open 2019 BWF World Tour Super 1000 dan Japan Open 2019 BWF World Tour Super 750, pekan lalu.
“Evaluasi di tiga pertandingan ini (Indonesia, Jepang dan Thailand), saya sudah pegang pola main saya, tapi masih suka cepat blank, fokus hilang tiba-tiba, kurang tenang dan kurang sabar. Dari diri sendiri suka kesal, belum bisa kontrol emosi di lapangan,” tutupnya.