"Saya sudah berjuang maksimal. Dari awal pun saya percaya diri karena di dua pertemuan sebelumnya lawan Srikanth, saya juga menang," kata Jojo, dalam siaran pers Humas PP PBSI.
"Meski Indonesia tertinggal 0-2, saya tetap yakin bisa menang," tambahnya.
Walakin, peraih keping emas Asian Games 2018 ini berujar, "Itulah pertandingan. Di atas kertas Indonesia bisa menang, tetapi di pertandingan kita kalah lawan India."
Jojo tak menampik, rasa tegang juga muncul ketika melihat papan skor menunjukkan regu putra "Merah Putih" tertinggal 0-2. Keadaan tersebut jelas bertolak belakang dengan kondisi unggul 2-0 atas China pada final Piala Thomas 2020. "Bicara tegang, tentu ada tegangnya juga," tuturnya.
"Dalam kondisi tertinggal 0-2, tentu berbeda dengan kondisi saya di Aarhus saat merebut Piala Thomas tahun lalu. Saat itu sangat nyaman dan bisa keluar semua seluruh permainan saya," jelas pemain berperingkat delapan dunia itu.
Jojo juga menyatakan, pola permainannya kian membaik pada gim kedua dan sempat memimpin 16-13. "Namun, Srikanth setelah itu begitu nekat. Dia sepertinya tidak mau kehilangan momentum. Dan, justru pukulan-pukulannya masuk," katanya.
Kondisi lapangan berangin, lanjut Jojo, juga memiliki andil besar bagi kedua pemain pada gim kedua. "Saya kadang jadi ragu-ragu dalam memutuskan mau memukul," Jojo, mengungkapkan.
"Kekalahan ini membuat saya seperti kehilangan kata-kata untuk menggambarkan betapa sedih dan kecewa saya. Di partai final, kita kalah dan harus puas dengan medali perak," pungkasnya.