Di tahun 2001 Vita sukses menjadi juara bersama Deyana Lomban dan menjadi runner up bersama Nova Widianto di ajang Indonesia Open. Di tahun 2002, Nova/Vita kembali harus puas jadi runner up usai dipaksa mengakui keunggulan seniornya, Bambang Suprianto/Minarti Timur.
Vita yang kini berusia 34 tahun kembali mencatat sejarah di Istora, menjadi motor Piala Uber 2008, Vita sukses membawa tim merah putih yang kala itu tak diunggulkan menembus partai final. Di tahun yang sama, Vita bersama Liliyana Natsir sukses menjadi kampiun nomor ganda putri. Prestasi yang masih belum bisa disamai juniornya di ganda putri hingga kini.
Puluhan turnamen sudah ia ikuti. Puluhan negara ia jelajahi, 21 tahun waktu ia habiskan di luar rumah untuk mengejar mimpinya di dunia bulutangkis. Pasang surut prestasi, cedera yang pernah menghantamnya di tahun 2004 silam pun tak menghentikan langkahnya.
“Tahun 2004 bisa dibilang tahun paling mengecewakan bagi saya. Detik itu saya merasa hancur, stres sudah pasti, karena kala itu saya yang sudah mulai berada diatas, tiba-tiba berada dibawah lagi. Harus mulai dari nol lagi, tetapi dari kejadian ini saya mengambil banyak hikmah. Bisa bermain sampai hari ini saja sudah mukjizat,” ujar Vita.
Medali yang dimaksudkannya bukanlah medali kejuaraan tahunan. Medali berbagai kejuaraan pernah ia kantongi, tiga kali juara di Japan Open dengan tiga pasangan berbeda, di Indonesia dan sederet medali lainnya sudah ia bawa pulang. Tetapi ajang multievent seperti Asian Games dan Olimpiade. Vita dua kali turut berkompetisi di Olimpiade, tak satupun medali ia bawa pulang.
“Dengan apa yang saya alami, saya tidak bisa mengeluh lagi mengapa saya tidak bisa meraih medali (tersebut),” tambah Vita.
Atlet pecinta komik Donald Duck ini memang sudah menebarkan “sinyal” untuk gantung raket sejak 2012 silam. “Sebenarnya dari tahun 2012 sudah sempat berpikir untuk pensiun, rencananya akan bertanding selama satu tahun itu terus rileks. Tetapi ternyata justru saya sama Lala (Variella) hasilnya lumayan bagus, dan berikutnya saya berpasangan sama (Praveen) Jordan. Dia juga yang asalnya anak klub, ternyata bisa juga. Dari situ saya mulai hati-hati untuk bicara kalau tahun depan saya akan pensiun,” ceritanya.
Tetapi kini, sinyal untuk gantung raket itu semakin dirasakan Vita. “Saat ini saya merasa latihan sudah terasa berat, dan motivasi pun sudah cukup berat saat ini. Saya juga sudah 34 tahun, dan mungkin ini sudah waktunya,” lanjut atlet yang lahir 4 Januari 1981 itu.
Vita berencana untuk tetap berkompetisi bersama Andrei Adistia hingga akhir tahun 2015. Ia pun berujar bahwa dirinya tidak akan mungkin meninggalkan bulutangkis. “Setelah ini mungkin saya akan datang ke Istora sebagai pelatih, dan sejauh ini masih tidak mungkin bagi saya untuk meninggalkan Indonesia,” ujar pasangan Aris Harsono dan Yulianawati ini.
Bungsu dua bersaudara ini pun bercerita mengenai apa yang didapatkannya dari bulutangkis selain materi dan prestasi. “Bulutangkis mengajarkan saya banyak hal, mulai dari hal kecil. Seperti tinggal di asrama, bagaimana harus berbagi, mempelajari sifat orang, bisa menghargai semua orang. Bulutangkis juga memberikan saya pengalaman yang tidak semua orang bisa dapatkan, seperti bisa ketemu dengan kepala negara, di kenal dunia, banyak pokoknya ngga ada duanya,” ceritanya.
Kehidupan Vita di dunia bulutangkis memang bak roller coaster. Ia pernah berada di puncak prestasi kemudian terjatuh, namun bisa kembali bangkit. Tentu sebuah hal yang patut menjadi panutan bagi semua penerusnya. Semangat untuk mewujudkan mimpi, pantang menyerah, berusaha dan terus berfikir positif menjadi pelajaran yang bisa kita petik.
Terima kasih Vita atas semua kumandang Indonesia Raya di negeri sebrang, semua medali dan kabar bahagia dari arena. Tak lagi bertanding, semoga semakin bersinar saat duduk di bangku pelatih. Sukses selalu!
sumber : pbdjarum.org