“Saya terbiasa tanpa pelatih. Saya telah sendirian selama tujuh-delapan tahun. Misalnya, ketika ada seorang pelatih mendukung Anda, tapi mereka tidak benar-benar tahu perasaan Anda. Bagi saya sulit untuk memberitahunya, karena saya juga sedang berpikir. Jika pelatih dan saya memikirkan hal yang sama, itu bagus. Tapi terkadang hal itu tidak terjadi. Lalu apakah Anda akan mendengarkan pelatih atau mendengarkan diri sendiri? Jadi terkadang itu membantu, terkadang juga tidak,” ungkap Zhang Beiwen dilasnir situs resmi Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Beiwen juga menceritakan bahwa selama masa pandemi virus korona ini, dia tidak bisa berlatih secara intensif dan maksimal. Meski kerap dihadapkan dengan keterbatasan, dia tetap optimistis bisa memberikan penampilan terbaiknya.
“Setiap hari saya berlatih hanya satu jam dan gym tidak buka. Saat ini, beberapa gym buka, tapi kami harus memakai masker. Tidak sehat (berlatih sambil memakai masker), tapi saya bisa melakukan kardio di luar. Saya terbiasa beradaptasi, karena ketika saya tidak memiliki banyak sponsor, saya harus tinggal di rumah dan tidak ada tempat untuk berlatih. Saya sudah terbiasa berhenti bulutangkis selama tiga-empat bulan, tidak apa-apa bagi saya. Tipe saya adalah, kita akan lihat nanti!” tegasnya.
Dengan terhentinya musim kompetisi 2020 akibat wabah virus korona, Beiwen berharap bisa mendapatkan porsi latihan dengan level yang lebih tinggi agar dapat kembali pada level permainan terbaiknya.
“Saya hanya berharap bisa bermain dengan level yang lebih tinggi, jadi saya bisa terbiasa dengan kecepatan dan fokus itu saat berlatih. Jika saya terbiasa bermain dengan pemain yang lebih lambat, secara mental itu tidak mendorong batas saya,” katanya.
“Tahun lalu saya diundang ke Taiwan untuk berlatih dan saya terbiasa dengan kecepatan itu. Terkadang level saya bagus, dan di lain waktu buruk. Saya hanya berharap saya bisa mendapatkan pelatihan yang konsisten,” harapnya.