Ada Apa Setelah Perunggu Olimpiade?

Gregoria Mariska Tunjung (Humas PP PBSI)
Gregoria Mariska Tunjung (Humas PP PBSI)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Perayaan pencapaian medali perunggu Olimpiade Paris 2024 telah usai. Hasil ini dinilai hanya sedikit lebih baik dari London 2012, ketika tim bulu tangkis "Merah Putih" gagal meraih satu pun medali. Tradisi medali emas Olimpiade dari cabang olahraga bulu tangkis yang dirintis sejak Barcelona 1992, terpatahkan untuk kali kedua. Regenerasi atlet perlu mendapatkan ekstra perhatian demi peningkatan prestasi yang lebih baik.

"Bicara mengenai sektor saya di WS (tunggal putri), pastinya saya berharap (pihak terkait) bisa melihat potensi WS Indonesia, pasti banyak yang menonjol,” kata Gregoria, dalam jumpa pers di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (9/8), sebagaimana dilaporkan Antara.

"Saya harap ada regenerasi yang bagus dari sektor saya. Saya sendiri sekarang melihat adik-adik saya prestasinya makin meningkat, dan sebagai senior, saya merasa bangga,” tambah pemain asal klub Mutiara Cardinal Bandung tersebut.

Pada kesempatan berbeda, Jorji, sapaannya, bertekad meraih gelar juara pada sisa Tur Dunia (World Tour) turnamen BWF pada tahun ini, "Aku akan fokus ke World Tour tahun ini, karena ada beberapa World Tour yang harus dilalui hingga akhir tahun, dan aku bertekad untuk mendapatkan gelar juara," tuturnya.

Bagi tunggal putri peringkat delapan dunia itu, pengalaman di Olimpiade kali ini merupakan tempat baginya untuk belajar dari banyak pemain hebat. Hal itu pun menjadi amunisi tambahan untuk terus berproses dan mengembangkan diri sebagai seorang atlet. "Seluruh pemain di Olimpiade adalah pemain-pemain hebat di negaranya masing-masing dengan semangat juang yang tinggi," jelas Jorji.

Sementara, Perwakilan Hubungan Masyarakat Tim Ad Hoc PBSI Yuni Kartika menilai, persiapan untuk atlet bulu tangkis menjelang Olimpiade Los Angeles 2028 harus dimulai dari sekarang. "Pastinya harus diteruskan karena ini adalah pattern yang positif, walaupun secara waktu mepet (dengan Olimpiade Paris 2024). Tapi setelah Munas dan adanya kepengurusan baru, rekomendasi ini akan kami sampaikan," paparnya.

"Ini pattern yang baik untuk diteruskan, dan idealnya sudah mulai dilakukan dari sekarang, karena di tahun 2028, mungkin saja bukan (pemain-pemain) yang ini,” Yuni, menambahkan.

Mantan pemain tunggal putri nasional itu mengatakan, pekerjaan rumah (PR) lainnya yang harus dipersiapkan oleh federasi dan tim adalah menyiapkan talenta-talenta baru yang bisa didorong untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. "Ada faktor umur (bagi pemain senior) di tahun 2028, dan ini menjadi PR besar buat kami untuk mencari (dan mempersiapkan) untuk 2028 secara realistis, baik dari umur dan pencapaiannya," katanya.

Ketika disinggung mengenai evaluasi keseluruhan dari cabang olahraga bulu tangkis pada Paris 2024, Yuni mengatakan, sorotan utama ada di sektor tunggal dan ganda putra yang sedari awal diharapkan untuk menyumbangkan medali bagi Indonesia.

Mengutip Antara, pada Paris 2024, tunggal putra Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting terhenti di fase grup. Nasib serupa juga dialami ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. Sementara, ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tersingkir di perempat final.

"Kalau dari hasil, tidak ada evaluasi untuk Gregoria karena ini memang hasil baik dan melewati target yang ditentukan. Ke depannya pun semakin yakin bahwa akan banyak pemain senior (dunia) yang retired setelah Olimpiade, sehingga harapan Gregoria untuk masuk ke top lima dan top tiga, dan semoga dia lebih fit dan jangan sampai cedera," jelasnya.

"Kami akan evaluasi per sektor, terutama fokus ke tunggal dan ganda putra yang memang diharapkan bisa meraih medali," demikian Yuni.