"Kalau perak lagi berarti tidak maju, apalagi perunggu berarti turun," kata Christian, yang tercatat sebagai satu-satunya pemain bulu tangkis kelas dunia yang selama mengikuti Piala Thomas, tidak pernah kalah!
Cerita Christian menolak pencapaian medali perak Olimpiade bermula sejak mengiyakan ajakan M.F. Siregar yang menjabat Kabid Prestasi di PBSI, untuk menangani sektor ganda putra. Kala itu, PBSI tengah mempersiapkan tim untuk Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol. "Ini kesempatan emas, pikir saya, mempraktikkan apa yang sudah saya dapat dari para senior," tuturnya.
"Dengan modal keberanian, akhirnya tugas itu saya terima," Christian, menambahkan.
Buku 50 Tahun PB Djarum - Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia menyebutkan, dengan tanggung jawab besar pertamanya itu, Christian berhasil membantu Eddy Hartono/Gunawan meraih medali perak Barcelona 1992. "Sejak itulah Christian terus menangani ganda putra di PBSI sampai akhirnya naik pangkat jadi Kepala Bidang Pelatnas," demikian dituliskan bacaan garapan Tim Historia tersebut.
Nah, untuk ajang Olimpiade Atlanta 1996, seperti tertera pada dua paragraf pembuka berita ini, Ricky/Rexy pun menyanggupi tantangan Christian. Pelatihan berat yang dilangsungkan 1992 sampai 1996 akhirnya membuahkan hasil membanggakan. Di negeri Paman Sam itu Ricky/Rexy meraih medali emas sekaligus medali emas pertama bagi ganda putra Indonesia. Kerja keras Christian menyiapkan berbagai program pelatihan, baik fisik maupun teknik, terbayarkan.
"Anak-anak itu memang luar biasa. Saya selalu sampaikan agar tetap komunikasi dua arah. Saya boleh tentukan program, tapi mereka juga boleh mengoreksi dan menyampaikan usulan," demikian Christian.