Dilepas Soeharto, Disambut Habibie

Ricky Soebagdja (Djarum Badminton)
Ricky Soebagdja (Djarum Badminton)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Ricky Subagja masih ingat betul, pada medio Mei 1998, Presiden Soeharto melepas tim bulu tangkis Indonesia yang akan bertarung pada Piala Thomas dan Uber 1998 di Queen Elizabeth Stadium, Hong Kong, 17-24 Mei. Menurut pasangan Rexy Mainaky ini, mereka berangkat dari Tanah Air kala krisis moneter melanda dan suasana di Indonesia semakin mencekam lantaran kerusuhan massal yang terjadi di berbagai kota.

"Melihat kondisi seperti itu, pasti kita khawatir dengan kondisi keluarga (di Indonesia), sangat mencekam dan tidak mudah bagi kami para pemain. Kita lagi bertanding, sementara kondisi negara seperti itu," kenang Ricky kepada Djarum Badminton, ditemui belum lama ini di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta.

Dalam Thomas Cup: Sejarah tentang Kehebatan Indonesia disebutkan, tim Indonesia yang semula fokus dan siap menghadapi perburuan Piala Thomas-Uber pun sontak kehilangan daya juang. Sebagaiatlet, mereka sudah terbiasa untuk turun di bawah tekanan dan suasana penuh ketegangan. "Namun, kerusuhan massal yang terjadi di Tanah Air punya dimensi yang jauh berbeda dibandingkan dengan ketegangan yang mereka rasakan dalam menghadapi ratusan atau ribuan pertandingan selama ini," mengutip buku garapan Putra Permata Tegar Idaman dan Nafielah Mahmudah tersebut.

Tim putra Indonesia diperkuat Alan Hariyanto Arbi, Hendrawan, Joko Suprianto, Marleve Mainaky, dan Indra Wijaya di nomor tunggal. Sementara di sektor ganda, ada Ricky/Rexy, Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Mereka berhasil menjuarai Grup B setelah mengalahkan lawan-lawan satu grup, yaitu Malaysia, Korea Selatan, dan Belanda.

Meski berjaya di lapangan, sekembalinya di hotel, para pemain tak pernah melepas perhatian dari layar kaca untuk mengetahui perkembangan terakhir di Indonesia. Bahkan, menurut Ricky, tak sedikit di antara pemain yang berniat pulang lantaran kondisi di Tanah Air yang kian tak menentu. "Memang ada sebagian besar ingin pulang. Tapi setelah kita dikumpulkan, dikasih arahan sama (Wakil Ketua PBSI) Pak Agus Wirahadikusumah, akhirnya kita tetap fokus dan konsentrasi untuk melanjutkan pertandingan," ujar pria yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI ini.

"Tapi ya memang kondisinya saat itu, momen dua pimpinan negara berganti. Kita lihat di kamar di hotel, semua channel di televisi yang kita lihat adalah berita Soeharto step down," Ricky, menambahkan.

Setelah fase grup, Ricky dan kawan-kawan memastikan tiket final seusai China dengan skor 3-2. Mereka juga meraih skor yang sama saat mengalahkan Malaysia di partai puncak. Tiga kemenangan "Merah Putih" diraih oleh Ricky/Rexy, Hendrawan, dan Candra/Sigit.

Tim putra Indonesia pun pulang ke Tanah Air pada pengujung Mei 1998 dengan memboyong sukses mempertahankan Piala Thomas. Mereka kemudian disambut oleh Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ke-3 Indonesia yang menggantikan Soeharto yang berhenti pada 21 Mei 1998. "Itu memang peristiwa yang luar biasa, tapi juga sangat mencekam. Alhamdulillah, karena perintahnya dilanjutkan tetap bertanding, dan Alhamdulillah hasilnya (tim) Thomas Cup-nya juara, dan (tim) Uber Cup-nya runner-up," demikian Ricky.

Sekadar catatan, tim putri Indonesia berhasil menjuarai Grup B setelah menang atas Korea Selatan, Inggris, dan Belanda. Mereka menang 4-1 atas Denmark di babak empat besar. Namun, para srikandi bulu tangkis "Merah Putih" harus mengakui keunggulan China dengan skor 1-4.