“Dua minggu ini sudah mulai latihan normal, dua kali sehari, pagi dan sore. Terus durasi latihannya juga sudah kembali normal semuanya setelah tes rapid (yang ketiga, red) di Pelatnas,” kata Gregoria Mariska Tunjung dalam bincang-bincang virtual di akun resmi Instagram PP PBSI, @badminton.ina, Sabtu (6/6).
“Sekarang latihan fisiknya lebih diperbanyak, karena memang sebelum ini, program latihan fisiknya nggak seberat biasanya. Kalau latihan tekniknya masih datar, tapi fisiknya lebih banyak. Karena untuk mengembalikan dan meningkatkan kondisi fisik kan nggak bisa sebentar. Waktu sebulan saja nggak cukup untuk mengembalikan kondisi fisik kalau latihannya kurang. Jadi memang harus ditingkatkan lagi,” jelasnya membeberkan.
Sebagai tunggal putri nomor satu di Pelatnas, Gregoria mengaku agak terbebani dengan titel tersebut. Namun secara bertahap, pebulutangkis jebolan PB Mutiara Cardinal Bandung itu coba mengubah stigma beban menjadi dorongan untuk lebih baik lagi.
“Kalau dibilang iya, ada juga (tekanan, red), karena aku merasa belum layak diharapkan bersaing di level atas. Karena prestasi aku masih belum stabil. Jadi pastinya ada beban juga, karena akunya sendiri pengen yang terbaik. Tapi sejauh ini kan progresnya masih belum banyak juga. Tapi sekarang aku coba menjadikan hal itu sebagai motivasi untuk bisa bersaing di level atas,” ungkapnya.
Lebih lanjut Gregoria menuturkan bila persaingan di sektor tunggal putri Indonesia saat ini akan terasa lebih ketat mendekati Olimpiade Tokyo 2020 tahun depan. “Kalau persaingan di senior, pastinya kita saling kejar-kejaran juga untuk cari poin. Karena memang dari segi poin jaraknya nggak terlalu jauh. Apalagi ini kan sudah dekat ke Olimpiade, jadi pasti akan kejar-kejaran banget sama yang lain (Fitriani dan Ruselli Hartawan),” tuturnya.
“Kalau persaingan di junior, sebetulnya aku kurang ngikuti. Tapi sekarang banyak pemain junior yang sudah cukup menjanjikan,” lanjutnya menambahkan.