Greysia Polii: Saya Nggak Pernah Ninggalin Anak-anak

Greysia Polii (Djarum Badminton)
Greysia Polii (Djarum Badminton)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Mantan atlet bulu tangkis Greysia Polii merasa tidak pernah meninggalkan gerbang Cipayung, selepas pensiun pada pertengahan Juni 2022. Hubungan dengan para pelatih dan pemain tetap terjalin baik hingga kini. Belakangan, menjelang penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024, ibu satu anak ini bahkan ditugasi sebagai mentor atau pendamping di sektor ganda putri.

Di sela-sela persiapan tim bulu tangkis Indonesia menjelang tur Eropa 2024, Greysia, yang bersama Apriyani Rahayu tercatat sebagai peraih medali emas Olimpiade pertama bagi "Merah Putri" di nomor ganda putri, membeberkan sejumlah hal terkait persiapan, persaingan, serta peluang, untuk Paris 2024.

Berikut hasil wawancara bersama Greysia dengan sejumlah wartawan, termasuk Djarum Badminton:

Sebagai mentor di sektor ganda putri, sisi apa yang lebih ditekankan oleh Anda dalam menghadapi Olimpiade Paris 2024?
Sebenarnya dari awal, sejak saya pensiun, saya nggak pernah ninggalin anak-anak. tetap saya pantau terus. Walau tidak resmi dari PBSI, tapi memang karena sudah ada relationship-nya itu, jadi lebih mudah bagi saya, pelatih, dan anak-anak dalam berdiskusi secara terbuka dan nyaman.

Jadi pada saat ini, dari Januari lalu kita bisa lihat memang dari Apriyani ada kendala cedra, tapi sampai minggu lalu saat mereka sparring memang dinyatakan Fadia(Siti Fadia Silva Ramadhanti) dan Apriyani siap secara mental. Kalau badan, saya tahu atlet itu nggak ada yang 100 persen fit. tapi kalau kondisi mentalnya siap, badan atau fisik juga akan ikut. Itu yang perlu dipersiapkan untuk Apriyani dan Fadia.

Bagaimana Anda melihat persiapan Fadia, yang notabene baru kali pertama akan bermain di Olimpiade?
Ini adalah mimpi banyak atlet, mendapatkan kesempatan untuk bermain di Olimpiade. Tapi bukan hanya bagi Apriyani dan Fadia. Amallia (Cahaya Putri), Ana (Febriana Dwipuji Kusuma), Ribka (Sugiarto)/Lanny (Tria Mayasari), dan Rachel (Allessya Rose)/Trias (Meilysa Trias Puspitasari). Mereka, kan, masing-masing ada targetnya tersendiri untuk 2024 ini. Tapi karena Fadia yang partnerannya dengan Apri, dan dia juga punya mimpi untuk bisa tampil bagus di Olimpiade, tentunya itu menjadi motivasi bagi dia. Walau secara pengalaman belum pernah main di Olimpiade. Tapi semua pemain mempunyai mimpi bermain di Olimpiade.

Apa komentar Anda terkait persaingan level elite dunia di nomor ganda putri?
Menarik ya. Tahun 2022, tuh, tahun yang sebenarnya pemain-pemain jaman saya dan Apri itu mulai menurun, lalu muncul pasangan-pasangan baru. Dari China ada Tan Ning, dari Malaysia ada Pearly (Tan), bahkan ada dari India yang saya nggak hafal namanya karena mereka muncul setelah saya pensiun.

Hal ini yang membuat pergerakan ganda putri sangat berpotensi untuk siapa pun bisa menjadi juara di Olimpiade. Dari 16 pasang yang akan bertarung di Olimpiade ini nggak ada yang signifikan kecuali Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China). Karena mereka memiliki rekor yang baik, juara dunia, dan juara di beberapa turnamen. Dan mereka juga pilih-pilih turnamen, saya tahu karena itu untuk menjaga kepercayaan diri. Jadi itu memang strategi China.

Di sisi lain juga ada pasangan Jepang atau Korea yang memiliki Lee So Hee dan
Baek Ha Na. Mereka bukan pasangan-pasangan baru, tapi formula-formula baru yang diciptakan ini, pada akhirnya membuat ganda putri ini semakin susah ditebak siapa yang berpeluang besar menjadi juara. Termasuk Fadia dan Apriyani juga punya kesempatan.

Bagaimana peluang Chen/Jia di Olimpiade? Atau Anda punya pesan bagi Chen/Jia?
(Seraya tertawa) Saya kayaknya nggak perlu kasih pesan, dengan saya kalahin dia dulu dia malah tambah semangat pengen jadi juara. Pesannya langsung dikalahin kemarin di Tokyo.

Tapi saya melihat mereka semakin menjaga performanya, dengan melalui setiap pertandingan dengan hasil yang ada kualitasnya. Aktualitasnya harus juara dan jangan kalah dari (lawan) yang nggak-nggak. Mereka sudah ranking satu dunia, jadi mereka nggak harus ngoyo untuk kejar poin ke Olimpiade. Hal itu yang menjadi modal utama bagi Chen/Jia.

Bagaimana Anda melihat persiapan Apriyani dari sisi mental, selaku peraih medali emas Olimpiade yang lalu?
Kalau saya selalu ngobrol dengan Apri, dia bukan karena beban. Tapi lebih kepada motivasi untuk bagaimana mengalahkan dirinya sendiri dan bagaimana untuk bisa berprestasi secara terus-menerus. Emang nggak gampang, kan, merebut daripada mempertahankan. Harus ada konsistensi.

Di sisi lain juga faktor eksternal... Orang-orang luar, kan, ekspektasinya sudah lain terhadap Apriyani. Saya rasa dia selalu berusaha untuk mengeluarkan kemampuan terbaik. Dan apa pun hasilnya nanti di Olimpiade, itu adalah semua kemampuan yang sudah dia keluarkan, karena selama ini yang lihat dan pantau bahwa dia selalu ingin mengeluarkan yang terbaik dalam kondisi apa pun.