“Di sisa turnamen sebelum Olimpiade, saya hanya meminta untuk banyak evaluasi dari setiap turnamen yang mereka ikuti, tidak harus juara. Hasil belakangan, saya tidak terlalu memikirkan hasilnya. Jadi saya lebih fokus kepada evaluasi performa Greysia/Apriyani dan calon lawan-lawan di Olimpiade nanti. Selain itu juga supaya mereka terhindar dari cedera,” ungkap Eng Hian dalam bincang-bincang virtual yang diadakan PP PBSI.
Di sisi lain, Eng Hian juga menyadari betul bahwa dia harus menjalankan program khusus untuk Greysia. Mengingat, usianya yang sudah menginjak 33 tahun. Eng Hian menyebutkan, sebetulnya dia sudah memersiapkan peak performance Greysia/Apriyani untuk tahun lalu. Namun karena wabah virus korona melanda dunia dan menyebabkan gelaran Olimpiade Tokyo 2020 diundur ke tahun ini, maka tim pelatih harus memprogram ulang persiapan Greysia. Tentunya menyesuaikan dengan usia Greysia sekarang.
“Kalau tantangan tentunya ada. Terutama untuk Greysia. Saya harus membuat program lagi seiring usianya bertambah di tahun ini. Tentu kondisi tahun lalu dan tahun ini pasti ada perbedaan. Tapi dari program yang terus kami dukung, kami berusaha untuk meminimalkan kendala usia itu,” jelasnya.
Sebelum ke Olimpiade Tokyo 2020, Eng Hian mengakui jika peta kekuatan ganda putri dunia saat ini masih belum banyak berubah kendati satu tahun kemarin nyaris tidak ada turnamen akibat pandemi. Namun, berkaca pada Seri Asia 2020 awal Januari 2021 dan All England 2021 BWF World Tour Super 1000, Maret lalu, Eng Hian menyebut bahwa persaingan akan tetap ketat.
“Tentu peta kekuatan masih belum berubah banyak. Sekarang saya lihat masih didominasi Jepang, Tiongkok dan Korea. Jadi tiga negara ini yang nantinya akan menjadi perhatian khsusus buat saya sebagai pelatih. Tentunya tanpa mengecilkan negara lain,” tutupnya.