Anekdot dari ganda putra andalan Indonesia ini seputar rencana menunda niatan untuk gantung raket, muncul di video anyar di akun YouTube PB Djarum dengan titel "#TektokanAlaButet Eps. 09 Part 01 - 'The Daddies' dan Ci Butet Jadi Kangen Markis Kido".
Liliyana Natsir --karib disapa Butet--, pranatacara rangkaian episode #TektokanAlaButet di situs berbagi video tersebut, pada sesi pembuka langsung menanyakan, "Emang bener, masih mau sampai Olimpiade Paris 2024?".
Dengan santai Hendra menjawab, "Kalau dari saya sendiri, nggak mikir jauh-jauh dulu. Jalanin per tahun dulu." Untuk pertanyaan yang sama, Ahsan berkomentar, "Saya juga nggak tahu. Tapi kalau kita main lagi, kasihan yang juniornya, nanti. Maksudnya kan, masak kita-kita lagi. Saya harap sih sudah ada pemain yang sudah siap, selain Kevin/Gideon."
Serupa dengan salah satu episode #NgulikOlympic yang mengisi akun YouTube PB Djarum, Butet --peraih medali emas Rio 2016-- juga menanyakan peluang untuk mendapatkan "ijin bertanding" dari istri-istri "The Daddies", khususnya di Paris 2024. Lagi-lagi, keduanya memiliki jawaban yang relatif "ringan" namun sarat pesan.
"Dibolehin, pasti dibolehin. Tapi kalau masih bertahan di ranking atas, yang lain belum nyusul, mungkin yang muda-muda ini rasa ingin nggak mau kalahnya sama yang tua, kalah! Ini motivasi juga buat yang muda-muda, jangan sampai kalah sama kita dong," jawab Hendra, 37 tahun.
"Keluarga masih boleh. Dari PBSI nggak boleh kali ya karena udah ketuaan," tanggap Ahsan, yang disusul gelak tawa para narasumber yang tersambung melalui telekonferensi video tersebut.
Hendra justru tak menduga bisa kembali berkiprah di Tokyo 2020. Dengan kehadiran sejumlah ganda putra muda dari berbagai negara di ajang olahraga dunia empat tahunan tersebut, lanjutnya, keduanya hanya berharap dapat bercokol di delapan atau sepuluh besar. "Kita juga nggak nyangka. Nggak tau deh, kalau masih bisa bersaing, kenapa nggak lah," katanya.
Akan tetapi, Hendra mengakui Tokyo 2020 adalah ajang terberat yang pernah dilalui keduanya, ketimbang Beijing 2008 atau Rio 2016. Secara terang-terangan Hendra menyebut faktor "u" alias usia sebagai salah satu hal yang merintangi mereka dalam perebutan medali. "Kalau lebih berat, pasti lebih berat (Tokyo 2020). Faktor 'u' juga dan lawan-lawan masih muda-muda bener," ungkapnya.
"Saya merasa, persiapan nggak maksimal juga. Dua minggu nggak latihan, pasti turun (performa)," Hendra, menambahkan.
Pada kesempatan tersebut, Butet juga mengantar dua narasumber di hadapannya untuk kilas balik, bercerita seputar kiprah mereka di dua Olimpiade sebelum Tokyo 2020. Di London 2012, bersama Bona Septano, Ahsan mengaku belum siap mental, pun teknik. "Dahulu kita berjuang sendiri, senior-seniorya sudah pada keluar (tumbang), termasuk Koh Hendra sudah meninggalkan kita dulu," kata olimpian berumur 33 tahun ini.
"(Rio) 2016 kita juga sendiri. Tekanan benar-benar ada di pundak kita untuk medali emas. Tapi, Alhamdulillah, Ci Butet yang dapet," Ahsan, menambahkan.
Sementara bagi Hendra, Beijing 2008 merupakan momen yang sulit untuk dihilangkan dari benaknya. Kali pertama berlaga di Olimpiade dan berakhir manis dengan meraih keping emas bersama Markis Kido. Tekanan untuk kembali meraih emas memuncak ketika "The Daddies" melangkah ke Rio 2016 yang berujung pada hasil buruk. "Kita diunggulin banget. Cuman satu pasang, pressure lebih tinggi. Kalau di Tokyo 2020 ada dua pasang, lebih baik lah. dan main lebih lepas di Tokyo ketimbang di 2016," demikian Hendra.