Imam sudah mulai melatih di Kudus, Jawa Tengah, sejak Senin (18/1) lalu.
“Ini merupakan tantangan baru bagi saya untuk melatih sekaligus mempersiapkan para pemain ini untuk bisa masuk pelatnas. Persiapan yang akan saya lakukan adalah meliputi teknik dasar, fisik dan mental bermain yang benar, sehingga nantinya ketika mereka masuk ke pelatnas dan prestasi mereka tidak terhambat oleh faktor non teknis dan juga cedera,” kata Imam.
Semasa menjadi atlet, Imam adalah pemain ganda campuran, dan justru memulai kiprahnya sebagai pelatih di sektor tunggal. Tahun 2002 Imam mengambil keputusan untuk melatih di Jepang.
Di perkumpulan Tomioka Jepang, Imam dipercaya melatih sektor tunggal putra dan ganda putra. Saat itu Imam dipercaya untuk melatih 16 pemain dan salah satunya adalah Kento Momota yang kini menjadi andalan tunggal putra Jepang dan menempati rangking dua dunia.
“Saya melatih Kento Momota sejak Kento berada di kelas 2 SMP dan target saya pada saat itu adalah menjadikan Kento sebagai juara Dunia Junior. Target tersebut akhirnya bisa tercapai. Pada tahun 2012 Kento tampil sebagai Juara Dunia Junior,” ujar Imam seperti dilansir oleh www.badmintonindonesia.org.
“Setelah itu di awal tahun 2013, Rexy Mainaky memberikan tawaran kepada saya untuk melatih sektor tunggal putra di Pelatnas Cipayung Jakarta. Pada saat itu saya merasa target saya di Jepang sudah tercapai dan melatih di Pelatnas adalah suatu kebanggaan dan keinginan saya sejak dulu,” tambah Imam.
Tak mudah bagi Imam untuk bisa kembali ke tanah air dan bergabung dengan jajaran pelatih di Pelatnas. Klubnya di negeri sakura masih tetap menginginkan Imam menyalurkan kemampuannya disana. Tetapi Imam tak bergeming, ia tetap teguh berpendirian untuk bisa kembali pulang dan berkiprah di tanah air, dan akhirnya Tomioka pun mengabulkan keinginan Imam untuk kembali.
Pada bulan April 2013, Imam resmi bergabung menjadi asisten pelatih dari Joko Supriyanto dan melatih sektor tunggal putra di Pelatnas Cipayung. Imam dipercaya memegang 8 pemain yaitu Ihsan Maulana Mustofa, Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Firman Abdul Kholik, Muhammad Bayu Pangisthu, Fikri Ihsandi Hadmadi, Setyaldi Putra Wibowo, Thomi Azizan Mahbub dan Rivan Fauzin Ivanudin.
“Saya melihat skill para pemain tunggal Indonesia lebih baik dibandingkan para pemain tunggal putra negara lainnya, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, diantaranya kedisiplinan, mental yang tidak mau kalah dan menyerah serta fighting spirit mereka di lapangan. Pola pikir tersebut sangat diperlukan, apalagi dengan sistim rally point seperti sekarang ini. Saya berharap untuk sektor tunggal putra di tahun 2016 ini sudah bisa masuk dalam jajaran elit dunia dan nantinya mereka bisa menyumbangkan medali di Olimpiade 2020,” tutur Imam.
Sumber: pbdjarum.org