Di partai final, Anthony berhasil mengandaskan perlawanan tunggal putra Denmark peringkat tiga dunia, Anders Antonsen dengan skor 17-21, 21-15 dan 21-9.“Ketenangan dan fokus, adalah dua hal yang paling sering saya diskusikan dengan Anthony. Dia harus punya kematangan, bisa baca situasi dari pengalaman dia. Dia juga harus yakin kalau dia itu pemain bagus. Dan kita harus akui, Anthony itu memang pemain bagus,” ujar Hendry Saputra.
“Tapi kalau dia nggak tenang, kan bisa kacau. Kedua, kalau nggak bisa fokus, hasilnya pasti jauh dari harapan. Dia mesti terima, harus perbaiki dan tingkatkan standard kualitas fokus dan ketenangannya, dua hal ini,” lanjutnya menambahkan sebagaimana dikutip dari Badmintonindonesia.org.
Sebelum sukses merebut juara di Istora, Anthony harus lebih dulu menderita lima kali kekalahan di babak final, yakni pada Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300, Singapore Open 2019 BWF World Tour Super 500, Fuzhou China Open 2019 BWF World Tour Super 750, Hong Kong Open 2019 BWF World Tour Super 500 dan BWF World Tour Finals 2019 Guangzhou.
“Gagal lima kali, setiap orang belajar dari kesalahannya. Malah menurut saya seharusnya nggak boleh gagal sampai lima kali di final, karena dia berjuang bukan cuma di 2019, tapi dari 2016 sudah berjuang di level elit. 2019 seharusnya sudah memetik hasilnya. Tapi saya tetap bersyukur atas gelar yang sudah diraih Anthony,” tuturnya.
Lebih lanjut Hendry mengatakan bila absennya tunggal putra nomor satu dunia asal Jepang, Kento Momota di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2020 BWF World Tour Super 500, kemarin, menjadi suatu hal yang cukup disayangkan. Sebab, itu bisa menjadi barometer dan ujian bagi anak asuhannya jelang Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
“Banyak yang bilang, Anthony bisa juara karena Momota absen dan Chou Tien Chen (Taiwan) sudah kalah. Kalau dari saya, justru saya maunya Momota datang dan Chou masih ada di babak akhir, karena bisa diuji lagi jelang olimpiade. Mereka adalah pemain-pemain top. Bisa saja di turnamen yang tinggal beberapa lagi jelang olimpiade, nggak ketemu lagi, maunya kan di sini (Indonesia Masters),” katanya.
Di sisi lain, Hendry mengatakan bila problem yang dimiliki Anthony kurang lebih dialami juga oleh Jonatan Christie. Untuk itu, Hendry berharap jika hal tersebut jangan sampai terjadi di Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
“Setelah dicek, memang ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, dikuatkan. Ini bagus supaya dia lebih siap. Bayangkan kalau kejuaraan itu olimpiade, kan sayang. Sekarang ini jadi pelajaran, nanti di kejuaraan penting terlepas hasilnya menang atau kalah, yang penting bukan karena masalah yang sama, karena kita sudah coba perbaiki,” pungkasnya.
Saat ini baik Anthony maupun Jonatan sama-sama tengah mempersiapkan diri jelang Badminton Asia Team Championships 2020 yang akan berlangsung di Manila, Filipina, pada 11-16 Februari 2020 mendatang.