Apalagi, masa kepengurusan PP PBSI dibawah pimpinan Ketua Umum Wiranto akan kedaluarsa pada 2020 ini. Jika mengacu pada jadwal, seharusnya akhir tahun ini diselenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) PBSI untuk memilih pemimpin induk organisasi bulutangkis Indonesia hingga empat tahun ke depan.
Pandemi virus korona membuat pengurus PP PBSI tidak bisa menyelenggarakan Munas secara langsung. Karena itu, PP PBSI melayangkan surat kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) untuk menangguhkan pelaksanaan Munas hingga enam bulan ke depan dari jadwal semula.
“KONI sudah mengirim surat untuk mengingatkan PBSI mengenai periode kepengurusan yang selesai akhir tahun ini. Tapi waktu itu wabah Covid-19 belum berkembang. Setelah ada pandemi dan melihat situasi, ketua umum meminta izin perpanjangan paling lama selama enam bulan, dan sampai sekarang kami belum mendapat jawaban dari KONI,” kata Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.
Pelaksanaan Munas di penghujung tahun akan membawa perubahan pada komposisi pengurus di tubuh PBSI yang biasanya juga akan berpengaruh pada komposisi pelatih dan atlet di pelatnas. Hal inilah yang harus diantisipasi, mengingat kemungkinan tahun depan akan banyak sekali major events yang bakal dihelat Piala Thomas & Uber, Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia hingga Olimpiade.
Sementara itu, batalnya sebagian besar turnamen di tahun ini membuat PP PBSI juga kesulitan menentukan kriteria promosi dan degradasi Pelatnas. Salah satu tolok ukur atlet adalah pencapaian mereka di beberapa turnamen yang mereka ikuti. Namun, dengan tanpa adanya turnamen, PP PBSI tidak punya dasar yang kuat untuk merumuskan penilaian tersebut.
“Situasi saat ini masih tidak menentu, jadi semua saling menunggu, belum ada keputusan mengenai promosi dan degradasi. Kalau menurut AD/ART seharusnya ada promosi dan degradasi di setiap akhir tahun, tapi kami sulit menentukan dasarnya karena atlet tidak mengikuti turnamen,” tuturnya.
Pencapaian di Kejuaraan Nasional yang sejauh ini menjadi salah satu penilaian dalam promosi dan degradasi Pelatnas, juga tidak bisa jadi acuan. Sebab, Kejurnas sendiri belum pasti bisa dihelat, lagi-lagi karena virus korona.
Selain itu, PP PBSI juga mangantisipasi padatnya rencana pertandingan di tahun depan dengan menyusun strategi pengiriman pemain dengan skala prioritas. “Pertama, kami harus lihat dulu jadwal dari BWF seperti apa, dari situ bisa ditentukan strategi untuk menentukan target-target yang utama,” tutup Budiharto.
Prioritas utama PP PBSI di 2021 mendatang tentunya adalah olimpiade. Lalu Piala Thomas & Uber serta Piala Sudirman. Selanjutnya, PP PBSI juga akan tetap fokus untuk kejuaraan-kejuaraan perorangan seperti Kejuaraan Dunia dan All England.